Buku teks dan bahan ajar mengenai perlindungan tanaman pada umumnya akan dimulai dengan uraian mengenai kerusakan tanaman dan kehilangan hasil yang disebabkan oleh berbagai jenis organisme yang menggunakan tanaman sebagai sumber makanannya. Berbagai jenis organisme perusak ini tidak perlu bersusah payah menanam tanaman sumber makanannya, cukup dengan mencari di mana kita membudidayakan tanaman untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Karena mereka memakan tanaman pada berbagai fase pertumbuhan, seringkali tanaman mengalami kerusakan sebelum sempat berproduksi sehingga panen kita menjadi berkurang daripada seharusnya. Bila tanpa ada kerusakan oleh organisme kita mampu memperoleh panen padi 6 ton/ha, dengan adanya kerusakan panen menjadi menurun menjadi, misalkan saja, 5 ton/ha. Perbedaan hasil panen antara tanpa dan dengan kerusakan oleh organisme penyebabkerusakan tanaman ini disebut kehilangan hasil dan berbagai organisme perusak tanaman yang menyebabkan terjadinya kehilangan hasil ini disebut organisme pengganggu tumbuhan.
Kehilangan hasil yang disebabkan oleh organisme pengganggu tumbuhan tidak hanya terbatas secara kuantitatif sebagaimana contoh di atas, tetapi juga secara kualitatif. Kerusakan yang ditimbulkan pada hasil akan menyebabkan penampilan hasil menjadi kurang menarik sehingga harganya menjadi lebih murah. Buah apel yang berkudis pasti harganya lebih murah {arena membeli buah apel yang mulus berarti mendapat bonus pestisida. Demikian juga dengan sayuran, ibu-ibu akan menawar sayuran yang disertai dengan lubang-lubang bekas dimakan ulat dengan harga lebih murah daripada sayuran dengan daun mulus. Beras Raskin harganya murah karena selain kualitasnya buruk juga karena telah bercampur dengan kumbang bubuk Sitophilus oryzae. Dalam contoh ini, hasil bukan hanya berkurang secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif. Hasil tetap dapat dijual, tetapi karena kerusakan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tumbuhan maka dihargai lebih rendah oleh konsumen. Konsumen yang awam tentang bahaya pestisida lebih mentoleransi residu pestisida daripada kerusakan oleh organisme pengganggu tumbuhan.
Namun perlindungan tanaman menjadi penting bukan hanya karena organisme pengganggu tanaman dapat menyebabkan kehilangan hasil. Kehilangan hasil memang penting, lebih-lebih bila hasil yang ditusak oleh organisme pengganggu tumbuhan adalah hasil tanaman pangan. Dalam sejarah, kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme pengganggu tumbuhan pada tanaman pangan menimbulkan dampak yang jauh lebih kompleks daripada sekedar kehilangan hasil. Misalnya saja, penyakit hawar lambat pada tanaman kentang menyebabkan jutaan penduduk Irlandia mati kelaparan atau beremigrasi ke luar negeri dan Jerman kalah pada Perang Dunia I karena tentaranya kehilangan semangat berperang memikirkan keluarganya di rumah yang kelaparan. Penyakit tungro pada padi di Indonesia menyebabkan swasembada pangan yang berhasil dicapai pada 1984 tidak dapat dipertahankan pada tahun berikutnya. Pangan merupakan isu yang berdimenasi sangat luas sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme pengganggu tumbuhan dapat berdampak luas pula, terhadap ketahanan pangan dan bahkan terhadap ketahanan nasional suatu negara.
Di era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa ini, perlindungan tanaman bahkan menjadi semakin lebih penting lagi. Globalisasi telah menyebabkan mobilisasi manusia dan barang antar negara menjadi sangat mudah dan cepat. Dalam hal ini, batas-batas fisik seperti samudera luas dan gunung-gunung tinggi tidak lagi bisa menjadi penghalang bagi penyebaran organisme pengganggu tumbuhan yang dahulu penyebarannya dihalangi oleh batas-batas alam tersebut. Orang mungkin tidak membayangkan bahwa organisme pengganggu tumbuhan dapat menyebar menggunakan pesawat terbang, sebagaimana orang melakukan perjalanan bisnis maupun wisata, tetapi itu memang bisa terjadi. Kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana yang menghancurkan lamtoro di Indonesia pada 1985 menyebar dari Amerika Tengah ke Hawai dan kemudian dari Hawai ke Jakarta dan seterusnya melalui Denpasar sampai ke Kupang dengan menumpang pesawat terbang. Di pihak lain, pasar bebas yang mengharuskan pembebasan be masuk dan keluar bagi berbagai jenis barang justeru dijadikan kesempatan oleh negara-negara maju untuk mengimpor produk pertanian dari negara-negara berkembang dengan memperketat persyaratan karantina dan keamanan pangan mereka. Akibatnya, produk pertanian dari negara-negara berkembang sulit masuk ke negara-negara maju dengan alasan berpotensi menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan atau mengandung residu pestisida melampau ambang yang ditetapkan.
Dan ke depan, perubahan iklim dunia karena pemanasan global akan menjadikan perlindungan tanaman menjadi semakin penting. Kawasan pegunungan mungkin tidak dapat dimasuki oleh organisme pengganggu tumbuhan tertentu karena kisaran suhu perkembangannya memerlukan suhu yang lebih tinggi. Dengan naiknya suhu global maka suku kawasan pegunungan tersebut akan menjadi sesuati dengan kisaran suhu yang diperlukan untuk perkembangan berbagai jenis organisme pengganggu tumbuhan. Demikian juga dengan kawasan sub-tropika dan kawasan beriklim dingin yang tisak dapat dimasuki oleh organisme pengganggu tumbuhan dari kawasan tropik, menjadi dapat dimasuki. Itulah yang menyebabkan mengapa misalnya Australia sangat khawatir terhadap kemungkinkan masuknya kutu loncat jeruk asia Diaphorina citri. Saat ini Australia bebas penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) karena kutu loncat jeruk asia tidak dapat berkembang di pusat-pusat produksi jeruk di sana yang sebagian besar berada di kawasan sub-tropik. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan suhu di kawasan pust-pusat produksi jeruk di Australia menjadi sesuai untuk perkembangan kutu loncat yang menjadi vektor penyakit CVPD, penyakit yang dapat dikatakan sebagai HIV/AIDS-nya jeruk ini.
Selamat Datang
Belajar Perlindungan Tanaman adalah blog baru yang sedang dibuat untuk mendukung mahasiswa Faperta Undana mempelajari mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Pada saat ini blog belum selesai dikerjakan sehingga hanya menyedaiakan fitur layanan secara terbatas. Silahkan kunjungi blog lama untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan yang akan diberikan melalui blog baru ini. Bila Anda adalah mahasiswa peserta mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman semester genap Tahun Ajaran 2018/2019, Anda wajib membaca materi sebelum mengikuti kuliah dan menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan singkat di dalam kotak komentar di bawah setiap tulisan. Baca tanggal tenggat penyampaian komentar di bagian bawah setiap materi kuliah.
Pemberitahuan
Diberitahukan bahwa pada Jumat, 8 Maret 2019, dosen Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D. tidak dapat hadir memberikan kuliah tatap muka karena bertugas ke luar kota. Kuliah dengan materi 2.3. Berbagai Jenis OPT Golongan Gulma, Tumbuhan Parasitik, dan Tumbuhan Invasif akan diberikan oleh dosen Ibu Ethin Namas, SP, MSi. Mahasiswa diminta mengikuti perkuliahan dan menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan mengenai materi kuliah selambat-lambatnya pada Jumat, 15 Maret 2019. Mahasiswa yang tidak menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan melewakti batas waktu tersebut tidak akan memperoleh nilai softskill.
Mantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .