Sumber: The Guardian |
Saya sudah sejak awal menyampaikan bahwa blog ini saya buat sebagai sarana komunikasi antar dosen dan antara dosen dan mahasiswa. Melalui blog ini saya berharap bisa berkomunikasi tanpa batas ruang dan waktu. Dengan kata lain, di manapun saya sedang bertugas, kapan pun juga, saya bisa dihubungi oleh mahasiswa. Bukan hanya pada jam-jam kerja, bahkan melalui blog ini saya bisa dihubungi di luar jam kerja, pagi siang dan malam. Bukan hanya melalui email atau pesan singkat, melalui blog ini saya bahkan telah menyediakan fasilitas chating. Namun rupanya, harapan saya masih jauh dari kenyataan. Mahasiswa universitas berwawasan global ternyata masih sulit untuk bisa diajak berkomunikasi dengan cara-cara global. Di satu pihak, saya senang mahasiswa berani mengajukan keberatan, tetapi di pihak lain saya sedih karena mereka ternyata belum bisa berperilaku sebagaimana seharusnya perilaku mahasiswa universitas berwawasan global.
Meskipun semua sudah sangat terlambat, saya mempersilahkan mahasiswa yang mengajukan keberatan untuk mendaftarkan namanya supaya saya dapat memeriksa kembali. Berikut adalah nama-nama mahasiswa yang mengajukan keberatan dan tanggapan saya terhadap keberatan mereka:
- Agustina Dapa Wawa: jawaban UTS Anda sama dengan jawaban mahasiswa lain.
- Bernadus Laki Mali: Anda juga tidak mempunyai nilai laporan dan ujian praktikum sehingga meskipun Anda mempunyai nilai UTS, Anda tetap tidak bisa memperbaiki nilai.
- Eky S.D. Lau: Nilai Akhir Semester Anda adalah 69,1 sehingga Anda menerima grade C, bukan B , dan jawaban Anda juga sama dengan jawaban mahasiswa lain.
- Erwin Yeremias Bod: Anda tidak mengumpulkan jawaban UTS dan saya telah memberikan tenggang waktu dua minggu kepada Anda untuk mengumpulkan jawaban susulan melalui blog ini, tetapi tidak memberikan tanggapan.
- Estoria Pekulimu: jawaban Anda sama persis dengan jawaban mahasiswa lain.
- Frederikus U.T. Bore: Nilai Akhir Semester Anda adalah 69,6 sehingga Anda menerima grade C, bukan B
- Irvan S. Pandi: Nilai Akhir Semester Anda adalah 59,5 sehingga Anda menerima grade C, bukan B
- Uriya N. Atallo: Anda tidak mengikuti ujian praktikum.
- Yohannes Tamonob: Anda tidak mengumpulkan jawaban UTS dan saya telah memberikan tenggang waktu dua minggu kepada Anda untuk mengumpulkan jawaban susulan melalui blog ini, tetapi tidak memberikan tanggapa.
Kenyataan bahwa mahasiswa belum bisa memanfaatkan teknologi komunikasi dengan sebagaimana mestinya, juga menunjukkan bahwa semboyan universitas global ternyata lebih mudah menuliskannya di pintu gerbang daripada melaksanakannya. Saya sudah menyampaikan bagaimana berkomunikasi menggunakan email, tetapi masih saja ada mahasiswa yang tidak bisa menggunakan email sebagaimana mestinya. Saya sudah menyampaikan melalui berbagai kesempatan, bahwa file yang berukuran besar tidak bisa dikirimkan sebagai attachment, tetapi tetap saja masih ada yang bertanya bagaimana mengirimkan file berukuran besar melalui email. Saya sudah memberikan jalan keluarnya dengan berbagai cara, tetapi rupanya tidak diakses. Rupanya, Internet diakses sebatas untuk Facebook dan Twitter. Tidak ada salahnya memang bila Facebook dan Twitter dimanfaatkan sebagai sarana belajar. Tetapi yang terjadi, Facebook dan Twitter digunakan untuk membuka berbagai hal yang seharusnya bersifat pribadi ke ruang publi. Jangan heran bila status Facebook pun berkisar dari cerita di seputar jatuh cinta, patah hati, salon, jalan-jalan, dan sejenisnya.
Facebook dan Twitter memang merupakan trend global, tetapi apakah mengakses Internet sekedar untuk ber-Facebook dan ber-Twitter ria merupakan bagian dari wawasan global? Tidakkah ada yang memikirkan apa sanksi bagi mahasiswa yang dengan begitu mudah menyontek dan melakukan plagiarisme dengan menyalin konten website untuk mengerjakan tugas dan bahkan membuat skripsi?
menurut saya, semuanya ini akan sangat berkaitan dengan motivasi dari setiap anak muda. ada anak muda yang ingin tampil keren dengan yang terlihat serta tidak mengabaikan intelligence nya,ada pula yang tidak terlihat keren tapi otak mantap, tapi ada yang lebih dari itu kalo ternyata ada anak muda yang lebih ingin tampil keren dengan segala yang terlihat tanpa memperdulikan isi otaknya (intelligence), seperti ada ungkapan yang di tempel pada kaca angkot " biar goblok yang penting sombong" aakkkhhh parah. mau dibawa kemana anak muda kalo mikirnya kayak gitu????? susah.
BalasHapusMantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .