Seekor sapi lepas yang masuk ke ladang jagung dengan cepat akan menghancurkan tanaman jagung pada ladang tersebut. Bandingkan bila yang masuk hanya seekor tikus, pasti kerusakan tanaman jagung tidak akan terlalu parah. Tetapi bagaimana dengan wereng coklat atau wereng hijau yang ukurannya begitu kecil, mengapa bisa merusakkan tanaman padi? Berbeda dengan sapi, jumlah wereng coklat dan wereng hijau sangat banyak karena berkembang dengan cepat. Tikus juga demikian, berbeda dengan sapi karena bisa berkembang dengan sangat cepat sehingga jumlahnya sangat banyak. Bagaimana bila yang dirusak oleh sapi adalah padi dan jagung, pada tanaman mana akan lebih merugikan? Kerugian yang akan terjadi bergantung pada nilai tanaman yang dirusak. Semakin tinggi nilai tanaman maka semakin merugikan organisme yang merusak tanaman. Kalau begitu, faktor apa yang menentukan status suatu organisme supaya berstatus sebagai organisme pengganggu tanaman?
Faktor yang pertama adalah kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan. Kemampuan ini berbeda-beda antar jenis organisme. Untuk organisme golongan binatang bergantung pada ukuran badannya dan perannya sebagai pembawa patogen (peran ini disebut vektor). Untuk organisme golongan mikroba, kemampuan ini bergantung pada kemampuannya menimbulkan penyakit (virulensi). Untuk organisme golongan tumbuhan, kemampuan ini bergantung pada daya saing (kompetisi) dan kemampuannya untuk menghasilkan senyawa alelopati. Semakin tinggi kemampuan setiap individu organisme untuk merusak maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor yang kedua adalah padat populasi organisme yang bersangkutan. Padat populasi, atau juga sering disebut kepadatan populasi, merupakan jumlah individu organisme satu jenis (spesies) pada satuan luas dan pada waktu tertentu. Misalnya, padat populasi tikus adalah 15 ekor tikus/ha, pada populasi wereng coklat adalah 3 ekor imago/rumpun. Padat populasi suatu jenis hama berubah-ubah dalam waktu dan ruang bergantung pada kemampuannya berkembang biak. Tikus dengan padat populasi 25 ekor/ha akan lebih merusak dibandingkan dengan tikus yang padat populasinya 5 ekor/ha. Wereng coklat yang padat populasinya 25 ekor/rumpun lebih merusak daripada wereng coklat yang populasinya 3 ekor per rumpun. Semakin tinggi padat populasi seuatu organisme maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor ketiga adalah nilai tanaman yang dirusak oleh organisme. Dalam hal ini nilai dapat berupa nilai ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya. Jagung tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi mempunyai nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat di perdesaan Timor Barat karena merupakan bahan pangan pokok. Dalam banyak kasus, nilai ekonomis tanaman seiring dengan nilai sosial dan nilai budayanya. Misalnya, harga buah sirih dan pinang di Kupang mahal karena sirih dan pinang mempunyai nilai budaya yang tinggi. Namun tidak selalu demikian, beberapa ntanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ternyata kurang mempunyai nilai sosial dan nilai budaya.
Ketiga faktor di atas, yaitu kemampuan merusak seriap individu organisme, padat populasi organisme, dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme, selanjutnya dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak. Kerentanan tanaman menyatakan seberapa mudah suatu jenis tanaman mengalami kerusakan apabila dirusak oleh organisme tertentu. Kerentanan tanaman dalam mengahadpi organisme perusak berbeda-beda bergantung pada jenis organisme yang merusak. Sementara itu, berbagai faktor lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara, kebasahan permukaan tanaman, kelembaban tanah, dan sebagainya dapat menguntuntungkan perkembabiakan organisme perusak dan pada saat yang sama merugikan pertumbuhan tanaman.
Bila ditanya, mana yang lebih berpotensi berstatus sebagai OPT, tikus pada tanaman jagung atau wereng coklat pada tanaman padi. Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus diketahui kemampuan merusak seekor tikus dan seekor wereng coklat, misalnya masing-masing 0,7 untuk tikus dan 0,01 untuk wereng coklat. Kemudian harus diketahui pula padat populasi masing-masing, misal 5 ekor/ha untuk tikus dan 1.500/ha untuk wereng coklat. Selanjutnya nilai kedua tanaman, misalnya hanya digunakan nilai ekonomis dari produksi 3,500 kg/ha dengan harga Rp 2.500/kg untuk jagung dan dari produksi 5.000 kg/ha dengan harga Rp 4.500/kg untuk padi. Dalam hal ini, potensi tikus untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,7*5*3500*2500, sedangkan potensi wereng coklat untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,01*1500*5000*4500. Silahkan hitung sendiri, mana di antara kedua organisme ini yang lebih berpotensi menjadi OPT.
Untuk menentukan apakah harus dilakukan pengendalian atau tidak, pertama-tama perlu diketahui besar kehilangan hasil (BKH). BKH merupakan kombinasi antara kemampuan individu OPT menyebabkan kerusakan, padat populasi OPT, dan produksi per hektar. BKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500 dan BKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*5000. Selanjutnya, perlu dihitung nilai kehilangan hasil (NKH) yang merupakan hasil kali antara BKH dengan harga produksi per satuan hasil. NKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*3000 dan NKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*4500. Kemudian, perlu perlu pula dihitung biaya pengendalian per hektar (BPH) yang nilainya bergantung pada cara pengendalian yang digunakan dan besar kehilangan hasil yang dapat diselamatkan (BKHS). BKHS bergantung pada efektivitas cara pengendalian, dinyatakan sebagai persentase dari kehilangan hasil, misalnya 60% untuk tikus dan 45% untuk wereng coklat. Dengan menggunakan BKHS ini, selanjutnya dihitung BKHS dalam satuan produksi. Untuk tikus, BKHS yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*0,60 dan BKHS yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*0,45. Berdasarkan atas nilai BKHS ini selanjutnya ditentukan NKHS dengan mengalikan BKHS dengan harga per satuan hasil. Pengendalian dilakukan terhadap OPT bila selisih antara NKHS dan biaya pengendalian bernilai positif (contoh perhitungan). Dalam hal harus memilih pengendalian terhadap 2 jenis OPT, prioritas diberikan terhadap OPT dengan selisih positif yang lebih besar.
Lalu bagaimana memperoleh kemampuan merusak, padat populasi, dan nilai tanaman? Untuk memperoleh ini semua diperlukan penelitian. Angka-angka yang disebutkan di atas bukanlah angka-angka sebenarnya, melainkan hanya angka sembarang yang digunakan sekedar sebagai contoh. Bila Anda berminat untuk mengetahui angka-angka tersebut untuk berbagai jenis organisme dan berbagai jenis tanaman, Anda dapat memilih minat perlindungan tanaman. Perlindungan tanaman menjadi penting karena kerusakan tanaman terjadi setelah petani mengeluarkan biaya untuk mengolah tanah, memupuk dan mengairi (ilmu tanah) serta memilih benih jenis tanaman tertentu, menanam dengan jarak tanam dan pola pertanaman tertentu pada musim tanaman tertentu, dan memanen hasilnya (agronomi), untuk kemudian mengolah hasilnya (ilmu pangan). Biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih, membeli pupuk, mengolah tanah dan mengairi, dan menanam semuanya akan menjadi sia-sia bila tanaman kemudian dirusak oleh organisme pengganggu tumbuhan. Apa yang dapat dipanen dan diolah, apalagi dijual untuk menjadikan NTT sebagai provinsi jagung misalnya, bila tanaman sudah dirusak OPT?
Softskill
Bagikan tulisan ini melalui Google +, Facebook, atau Twitter dengan mengklik ikon berbagi yang terdapat di bagian bawah tulisan. Kemudian berikan komentar dengan menggunakan alamat email yang menggunakan nama sebenarnya, dengan cara mengetikkan dalam kotak Masukkan komentar Anda... mengenai apa yang dapat dipahami dari tulisan di atas dan ajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami dan kemudian mengklik tombol Publikasikan. Sampaikan komentar dan pertanyaan maksimum sebanyak 150 kata selambat-lambatnya pada 16 Maret 2018.
Faktor yang pertama adalah kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan. Kemampuan ini berbeda-beda antar jenis organisme. Untuk organisme golongan binatang bergantung pada ukuran badannya dan perannya sebagai pembawa patogen (peran ini disebut vektor). Untuk organisme golongan mikroba, kemampuan ini bergantung pada kemampuannya menimbulkan penyakit (virulensi). Untuk organisme golongan tumbuhan, kemampuan ini bergantung pada daya saing (kompetisi) dan kemampuannya untuk menghasilkan senyawa alelopati. Semakin tinggi kemampuan setiap individu organisme untuk merusak maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor yang kedua adalah padat populasi organisme yang bersangkutan. Padat populasi, atau juga sering disebut kepadatan populasi, merupakan jumlah individu organisme satu jenis (spesies) pada satuan luas dan pada waktu tertentu. Misalnya, padat populasi tikus adalah 15 ekor tikus/ha, pada populasi wereng coklat adalah 3 ekor imago/rumpun. Padat populasi suatu jenis hama berubah-ubah dalam waktu dan ruang bergantung pada kemampuannya berkembang biak. Tikus dengan padat populasi 25 ekor/ha akan lebih merusak dibandingkan dengan tikus yang padat populasinya 5 ekor/ha. Wereng coklat yang padat populasinya 25 ekor/rumpun lebih merusak daripada wereng coklat yang populasinya 3 ekor per rumpun. Semakin tinggi padat populasi seuatu organisme maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor ketiga adalah nilai tanaman yang dirusak oleh organisme. Dalam hal ini nilai dapat berupa nilai ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya. Jagung tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi mempunyai nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat di perdesaan Timor Barat karena merupakan bahan pangan pokok. Dalam banyak kasus, nilai ekonomis tanaman seiring dengan nilai sosial dan nilai budayanya. Misalnya, harga buah sirih dan pinang di Kupang mahal karena sirih dan pinang mempunyai nilai budaya yang tinggi. Namun tidak selalu demikian, beberapa ntanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ternyata kurang mempunyai nilai sosial dan nilai budaya.
Ketiga faktor di atas, yaitu kemampuan merusak seriap individu organisme, padat populasi organisme, dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme, selanjutnya dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak. Kerentanan tanaman menyatakan seberapa mudah suatu jenis tanaman mengalami kerusakan apabila dirusak oleh organisme tertentu. Kerentanan tanaman dalam mengahadpi organisme perusak berbeda-beda bergantung pada jenis organisme yang merusak. Sementara itu, berbagai faktor lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara, kebasahan permukaan tanaman, kelembaban tanah, dan sebagainya dapat menguntuntungkan perkembabiakan organisme perusak dan pada saat yang sama merugikan pertumbuhan tanaman.
Bila ditanya, mana yang lebih berpotensi berstatus sebagai OPT, tikus pada tanaman jagung atau wereng coklat pada tanaman padi. Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus diketahui kemampuan merusak seekor tikus dan seekor wereng coklat, misalnya masing-masing 0,7 untuk tikus dan 0,01 untuk wereng coklat. Kemudian harus diketahui pula padat populasi masing-masing, misal 5 ekor/ha untuk tikus dan 1.500/ha untuk wereng coklat. Selanjutnya nilai kedua tanaman, misalnya hanya digunakan nilai ekonomis dari produksi 3,500 kg/ha dengan harga Rp 2.500/kg untuk jagung dan dari produksi 5.000 kg/ha dengan harga Rp 4.500/kg untuk padi. Dalam hal ini, potensi tikus untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,7*5*3500*2500, sedangkan potensi wereng coklat untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,01*1500*5000*4500. Silahkan hitung sendiri, mana di antara kedua organisme ini yang lebih berpotensi menjadi OPT.
Untuk menentukan apakah harus dilakukan pengendalian atau tidak, pertama-tama perlu diketahui besar kehilangan hasil (BKH). BKH merupakan kombinasi antara kemampuan individu OPT menyebabkan kerusakan, padat populasi OPT, dan produksi per hektar. BKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500 dan BKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*5000. Selanjutnya, perlu dihitung nilai kehilangan hasil (NKH) yang merupakan hasil kali antara BKH dengan harga produksi per satuan hasil. NKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*3000 dan NKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*4500. Kemudian, perlu perlu pula dihitung biaya pengendalian per hektar (BPH) yang nilainya bergantung pada cara pengendalian yang digunakan dan besar kehilangan hasil yang dapat diselamatkan (BKHS). BKHS bergantung pada efektivitas cara pengendalian, dinyatakan sebagai persentase dari kehilangan hasil, misalnya 60% untuk tikus dan 45% untuk wereng coklat. Dengan menggunakan BKHS ini, selanjutnya dihitung BKHS dalam satuan produksi. Untuk tikus, BKHS yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*0,60 dan BKHS yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*0,45. Berdasarkan atas nilai BKHS ini selanjutnya ditentukan NKHS dengan mengalikan BKHS dengan harga per satuan hasil. Pengendalian dilakukan terhadap OPT bila selisih antara NKHS dan biaya pengendalian bernilai positif (contoh perhitungan). Dalam hal harus memilih pengendalian terhadap 2 jenis OPT, prioritas diberikan terhadap OPT dengan selisih positif yang lebih besar.
Lalu bagaimana memperoleh kemampuan merusak, padat populasi, dan nilai tanaman? Untuk memperoleh ini semua diperlukan penelitian. Angka-angka yang disebutkan di atas bukanlah angka-angka sebenarnya, melainkan hanya angka sembarang yang digunakan sekedar sebagai contoh. Bila Anda berminat untuk mengetahui angka-angka tersebut untuk berbagai jenis organisme dan berbagai jenis tanaman, Anda dapat memilih minat perlindungan tanaman. Perlindungan tanaman menjadi penting karena kerusakan tanaman terjadi setelah petani mengeluarkan biaya untuk mengolah tanah, memupuk dan mengairi (ilmu tanah) serta memilih benih jenis tanaman tertentu, menanam dengan jarak tanam dan pola pertanaman tertentu pada musim tanaman tertentu, dan memanen hasilnya (agronomi), untuk kemudian mengolah hasilnya (ilmu pangan). Biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih, membeli pupuk, mengolah tanah dan mengairi, dan menanam semuanya akan menjadi sia-sia bila tanaman kemudian dirusak oleh organisme pengganggu tumbuhan. Apa yang dapat dipanen dan diolah, apalagi dijual untuk menjadikan NTT sebagai provinsi jagung misalnya, bila tanaman sudah dirusak OPT?
Softskill
Bagikan tulisan ini melalui Google +, Facebook, atau Twitter dengan mengklik ikon berbagi yang terdapat di bagian bawah tulisan. Kemudian berikan komentar dengan menggunakan alamat email yang menggunakan nama sebenarnya, dengan cara mengetikkan dalam kotak Masukkan komentar Anda... mengenai apa yang dapat dipahami dari tulisan di atas dan ajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami dan kemudian mengklik tombol Publikasikan. Sampaikan komentar dan pertanyaan maksimum sebanyak 150 kata selambat-lambatnya pada 16 Maret 2018.
Hak cipta tulisan ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.
BalasHapusSegala
sesuatu dapat dikategorikan ke dalam OPT apabila merusak tanaman yang mempunyai
nilai tinggi. Semakin tinggi nilai tanaman maka
semakin merugikan organisme yang merusak tanaman. Maka muncullah 3 faktor yang
dapat mempermudahkan kita dalam pengelompokan suatu organisme sebagai OPT.
1.
kemampuan
setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan.
2.
padat
populasi organisme yang bersangkutan
3.
tanaman yang
dirusak oleh organisme.
Ketiga faktor di atas, selanjutnya
dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang
mendukung perkembangan populasi organisme perusak
BalasHapusAda 3 kemampuan merusak setiap individu organisme
padat populasi yaiu faktor yang pertama itu adalah kemampuan setiap organisme
untuk menimbulkan kerusakan untuk organisme binatang tergantung pada ukuran
tubuhnya.untuk organisme golongan tumbuhan kemampuan ini bergantung pada daya
saing dan kemampuan untuk menghasilkan senyawa alelopati.faktor yang kedua
adalah padat populasi organisme yang bersangkutan.faktor yang ketiga yaitu nilai
tanaman yang dirusak oleh tanaman itu dalam hal ini dapat berupa nilai ekonomi dalam
bentuk uang.
BalasHapusKaarena dalam mempelajari biologi organisme (makhluk hidup).
Karena dalam biologi organisme kita hanya mempelajari organisme-organisme
pengganggu tumbuhan tanpa mengetahui cara perlindungan atau pencegahannya. Sedangkan
perlindungan tanaman kita dapat mengetahui bagaimana cara melindungi tanaman
dari OPT dan cara pencegahannya. Perlindungan tanaman juga sangat berpengaruh
pada keuntungan dan kerugian para petani dan kerugian yang akan terjadi bergantung
pada nilai tanaman yang dirusak oleh organisme pengganggu tanaman.
BalasHapusMempelajari perlindungan tanaman tidak cukup dengan
mempelajari biologi organisme. Karena dalam biologi organisme kita hanya
mempelajari organisme-organisme pengganggu tumbuhan tanpa mengetahui cara perlindungan atau
pencegahannya. Perlindungan tanaman juga sangat berpengaruh pada keuntungan dan
kerugian para petani dan kerugian yang akan terjadi bergantung pada nilai
tanaman yang dirusak oleh organisme pengganggu tanaman.
Faktor-faktor yang menentukan status organisme
BalasHapussebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan(OPT) adalah kemampuan setiap individu organisme
untuk menimbulkan kerusakan, padat populasi organisme yang bersangkutan dan nilai
tanaman yang dirusak oleh organisme. Jelas bahwa OPT tidak tergantung pada
spesies tertentu tetapi bergantung pada 3 faktor di atas.Berarti tidak hanya
dengan mengetahui organisme saja kita dapat melakukan perlindungan tanaman
terhadap OPT. Ada pula faktor lainnya seperti faktor kerentanan tanaman dan
faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak.
Semakin banyak kerusakan yang ditimbulkan maka semakin besar pula kerugian yang
dapat dialami oleh petani. Hal ini dapat dihitung dari biaya yang harus
dikeluarkan petani selama kegiatan budidaya tanaman baik yang dilakukan di
lapangan ataupun kegiatan pasca panen. Sehingga pengendalian menjadi sangat
penting untuk menekan kerugian yang dapat ditimbulkan oleh OPT.
Metode ini dapat membantu kami dalam melakukan teknik
BalasHapuspengendalian, sehingga pengendalian yang dilakukan terhadap OPT yang utama akan lebih efektif dan efesien, dan memberikan kemungkinan atau prediksi estimasi biaya pengendalian. Sehingga kita dapat mengeluarkan biaya pengendalian yang Optimal.
Dalam mempelajari perlindungan tanaman maka kita perluh
BalasHapusmemperhatikan 3 faktor yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman. Factor-faktor tersebut adalah :
Kemampuan suatu organisme dalam menginfeksi tanaman
Kepadatan populasi suatu organisme. dalam proses ini kita perluh adakan
pengendalian atas organism agar tidak menginfeksi lebih banyak lagi tanaman
lainnya.
Tanaman yang di rusakin oleh sutu organism misalnya sapi
babi dan kambing kapasitas kerukan yang buatnya sangat besar maka dari itu kita
perluh mempelajari lebih dalam bagaimana pengendalian suatu organisme
Attach
Dalam perlindungan
BalasHapusterhadap tanaman, faktor yang menentukan status suatu organisme supaya
berstatus sebagai organisme pengganggu tanaman yaitu
1.
Faktor yang pertama adalah kemampuan setiap
individu organisme untuk menimbulkan kerusakan.
OPT yang memiliki ukuran dan bentuk tubuh
yang besar maka akan memiliki daya serang yang luas terhadap lahan yang
ditanami,sebaliknya OPT yang memiliki ukuran yang kecil akan memiliki daya
serang yang sedikit. Contohnya : sapi dan belalang, sapi memiliki ukuran yang
besar dibandingkan dengan belalang otomatis sapi memiliki daya serang yang
lebih luas dan merusak.
2.
Faktor yang kedua adalah padat populasi
organisme yang bersangkutan.
Mengenai padat pupolasi suatu organisme,
semakin banyak jumlah OPT tersebut maka semakin luas area yang diserangnya.
3.
Faktor ketiga adalah nilai tanaman yang dirusak
oleh organisme.
Dalam hal ini nilai dapat berupa nilai
ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya. Contoh Jagung
tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi mempunyai nilai sosial yang
tinggi bagi masyarakat di perdesaan karena merupakan bahan pangan pokok. Dalam
banyak kasus, nilai ekonomis tanaman seiring dengan nilai sosial dan nilai
budayanya.
Tidak, alasannya karena kita juga harus mengetahui kemampuan suatu individu dalam merusak organisme untuk menimbulkan kerusakan, padat populasi organisme yang bersangkutan dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme. selanjutnya dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak. Sementara itu, berbagai faktor lingkungan
BalasHapusseperti suhu udara, kelembaban udara, kebasahan permukaan tanaman, kelembaban tanah, dan sebagainya dapat menguntuntungkan perkembabiakan organisme perusak dan pada saat yang sama merugikan pertumbuhan tanaman.oleh karena itu kita juga harus mempelajari tentang faktor – faktor dalam menentukan status organisme sebagai organism pengganggu tanaman.
Wow.. Mantaf kali Ulasannya … semoga
BalasHapussemakin sukses …
Usir hawa panas dan lembab rumah
Anda dengan konsep ‘Green Living’; temukan koleksi tanaman dan nikmati gaya hidup green living dengan menanam
tanaman buah segar atau tanaman hias nan cantik lewat blog ini, direct order
dengan menyebutkan tanaman pesanan anda, http://djonlineshopping.blogspot.com/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .
Jadi, yang dapat saya simpulkan sprti pada alinea pertama yang membhas tentang seekor sapi yang masuk ke ladang jagung dan kemudian menghancurkan tanaman jagung pada lahan tersebut. Yang sya petik dari pembahasan ini adalah selain jamur, hama, gulma serta manusia misalnya pencuri sbagai OPT (sprti dipmbhasan2 sbmlnya),maka hewan juga termasuk dalam OPT karena defenisi dari OPT ialah semua organisme yang dapat merusak, menganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Jadi, kesimpulan dari saya ialah bukan hanya jamur, hama, gulma dan manusia (pencuri misalnya) yang menjadi OPT tetapi hewan juga termaksud OPT. Sekian dari saya. Jika ada kslahan serta kekeliruan mohon ditanggapi ataupun dikoreksi.
BalasHapusTerima kasih :)
Dikataan suatu organisme sebagai,organisme penggangu tanaman,apabiala organisme tersebut dikatakan merusak tanaman tersebur.tentunya petani akan mengalami besarnya kerugian,apabiala organisme tersebut merusak tanaman yg bernilai ekonomi tinggi,dengan kemampuan merusak yg besar.
BalasHapusMaka yg kita harus lakukan adalah
1.mencegah masuk keluarnya organisme tersebut.
2.mengendalikan
3.kita melakukan eradikasi.
Tadi dijelaskan ada 3 faktor yang menentukan struktur organisme penggnggu tumbuhan dan keputusan melakukan pengendalian
BalasHapusFaktor yang pertama:kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan.Kemampuan ini berbeda-beda antar jenis organisme
Faktor yang kedua:padat populasi organisme yang bersangkutan.Padat populasi atau juga sering disebut kepadatan populasi merupakan jumlah individu organisme satu jenis (spesies) pada satuan luas dan waktu tertentu
Faktor yang ketiga:nilai tanaman yang dirusak oleh organisme dalam hal ini nilai dapat berupa nilai ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya.
Yang dapat saya petik dari masing-masing faktor diatas walaupun mempunyai kemampuan yang berbeda-beda namun kemampuannya merusak setiap individu organisme,padat populasi,dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme dan dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan Tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak.
Tadi dijelaskan ada 3 faktor yang menentukan struktur organisme penggnggu tumbuhan dan keputusan melakukan pengendalian
BalasHapusFaktor yang pertama:kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan.Kemampuan ini berbeda-beda antar jenis organisme
Faktor yang kedua:padat populasi organisme yang bersangkutan.Padat populasi atau juga sering disebut kepadatan populasi merupakan jumlah individu organisme satu jenis (spesies) pada satuan luas dan waktu tertentu
Faktor yang ketiga:nilai tanaman yang dirusak oleh organisme dalam hal ini nilai dapat berupa nilai ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya.
Yang dapat saya petik dari masing-masing faktor diatas walaupun mempunyai kemampuan yang berbeda-beda namun kemampuannya merusak setiap individu organisme,padat populasi,dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme dan dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan Tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak.
jika seseorang menganggap bahwa tanaman yang ia tanam kurang memiliki nilai ekonomi dan nilai sosialnya diserang hewan apakah hewan tersebut dianggap opt?
BalasHapusmenurut saya hewan tersebut adalah OPT karna yg disebut opt adalah organisme yg bersifat merusak tanaman yg kita tanam atau budidayakan yg bernilai ekonomi tinggi maupun yg bernilai ekonomis rendah . terimakasih
Hapusdalam materi: faktor kedua adalah padat populasi organisme yang bersangkutan.
BalasHapusyang saya ingin tanyakan Apakan dalam satu populasi yang memiliki berbagai jenisspesies yang berbeda apakah dapat dinyatakan sebagai kepadatan populasi oranisme? atau hanya pada kepadatan populasi yang memiliki spesies yang sama saja
dalam materi: faktor pertama adalah kemampuan individu setiap organisme untuk menimbulkan kerusakan. yang saya ingin tanyakan Apakah ada cara untuk mengendalikan kerusakn yang di sebabkan oleh Organisme??
BalasHapusseperti yang terdapat dalam materi yang mengatakan bahwa "beberapa tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ternyata kurang mempunyai nilai sosial dan nilai budaya." yang saya ingin tanyakan ialah tanaman apakah yang termasuk di dalam nilai ekonomis yang mempunyai nilai sosial dan budidaya yang kurang???
BalasHapusdalam materi: faktor kedua adalah padat populasi organisme yang bersangkutan.
BalasHapusyang saya ingin tanyakan Apakan dalam satu populasi yang memiliki berbagai jenis spesies yang berbeda apakah dapat dinyatakan sebagai kepadatan populasi organisme? atau hanya pada kepadatan populasi yang memiliki spesies yang sama saja
terimakasih pak atas artikelnya, saya mau bertanya berapa persen kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT sehingga perlu dilakukan pengendalian?
BalasHapusFaktor yang menentukan status organisme sebagai organisme pengganggu tumbuhan ,yaitu:-kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan,-pada populasi organisme yang bersangkutan,-nilai tanaman yang dirusak oleh organisme.Selain itu, faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan juga mendukung perkembangan populasi organisme perusak.Dan keputusan melakuan pengendalian pertama-tama perlu diketahui besar kehilangan hasil(BKH),selanjutnya perlu dihitung nilai kehilangan hasil(NKH),kemudian perlu pula dihitung biaya pengendalian per hektar(BPH)yang nilainya bergantung pada cara pengendalian yang digunakan dan besar kehilangan hasil yang diselamatkan.Berdasarkan atas nilai BKHS selanjutnya ditentukan NKHS dengan harga persatuan hasil.Pengendalian dilakukan oleh opt selisih antara NKHS dan biaya bernilai positif.Yang saya mau tanyakan apabila selisih antara NKHS dan biaya pengendalian bernilai negatif,apakah masih bisa dilakukan pengendalian terhadap opt ?Terima kasih.
BalasHapusOPT dapat menimbulkan kehilangan hasil.ada 3 faktor yn menentukan status suatu organisme sebagai organisme pengganggu tanaman yaitu kemampuan merusak,populasi organisme dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme.dari ketiga faktor tersebut,faktor apa yang lebih berpengaruh terhadap kehilangan hasil??
BalasHapussuatu upaya dilakukan dengan opt karena didalam opt yang dapat menyebabkan tanaman mengalami keuntungan dan kerugian.Semakin tinggi nilai tanaman,maka semakin merugikan organisme yang merusak.Maka muncullah tiga faktor yang dapat mempermudah suatu organisme sebagai opt,yaitu:1.kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan,2.padat populasi organisme yang bersangkutan,3.nilai tanaman yang dirusak oleh organisme,dari ketiga faktor diatas,selanjutnya dipengaruhi oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak.Terima kasih
BalasHapussesuai paparan diatas dengan pernyataan mengenai faktor yang menentukan organisme pengganggu tanaman.Dari ketiga faktor yang ada dapat dilihat faktor yang menyebabkan kerusakan tanaman.Adapun faktor kerentanan atau lingkungan,yang dapat merusak tanaman gulma.Lingkungan yang tidak di jaga mudah menyerang mikroba.Terima kasih
BalasHapusbagaimana cara mengendalikan opt dalam perlindungan tanaman?.terima kasih
BalasHapuskerugian yang akan terjadi bergantung pada nilai tanaman yang di rusak,semakin tinggi nilai tanaman maka semakin merugikan organisme yang merusak tanaman.faktor apa yang menentukan suatu organisme berstatus sebagai opt?.terima kasih
BalasHapusdikatakan bahwa faktor kerusakan yang disebabkan oleh hewan tergantung dengan besar dan berat hewan tersebut. Jadi, apakah hewan contohnya sapi merupakan OPT terbesar?
BalasHapusselain ketiga faktor diatas,apakah ada faktor lain yang menyebabkan hewan-hewan tersebut menyerang dan merusak tanaman warga?
BalasHapus