Ketika saya meminta mahasiswa mengerjakan tugas secara offline, semuanya terlambat selama satu minggu dari jadwal yang ditetapkan, bahkan ada yang sampai dua minggu. Tugas mengomentari tulisan (posting) dilakukan hanya terhadap tulisan yang digunakan sebagai tugas. Tidak ada seorang mahasiswa pun yang memberikan komentar terhadap tulisan lainnya, padahal sudah berulang kali saya sampaikan bahwa memberikan komentar terhadap tulisan dalam blog merupakan bagian dari proses pembelajaran berwawasan global. Mahasiswa universitas berwawasan global perlu bisa berinteraksi melalui Internet. Tapi begitulah, rupanya mereka sudah merasa berwawasan global cukup dengan membaca semboyan pada gerbang universitas.
Ketika saya meminta mahasiswa mengerjakan tugas membuat deskripsi organisme pengganggu tumbuhan dan kemudian menayangkannya dalam blog kelompok, hanya dua dari sepuluh kelompok mahasiswa yang mengerjakan tugas. Padahal cara membuat blog sudqh saya uraikan, demikian juga dengan tautan (link) untuk memperoleh referensi yang diperlukan untuk membuat deskripsi. Apakah begitu sulit membuat sebuah blog? Mungkin memang tidak mudah, tetapi itu kalau cara membuatnya tidak saya jelaskan secara rinci langkah demi langkah. Rupanya yang menjadi persoalan bukanlah sulit atau tidak. Persoalan sesuangguhnya mungkin lain. Mahasiswa tahu bahwa dalam kurikulum berbasis kompetensi mereka akan lulus cukup dengan duduk manis di ruang kuliah (duduk dan tidak pernah bertanya). Itu pun mereka lakukan setelah dosen datang terlebih dahulu menunggu mereka. Datang terlambat seakan-akan sudah menjadi bagian dari sebuah wawasan global.
Lalu bagaimana dengan mengikuti ujian? Biasanya saya memberikan ujian secara offline, tetapi sebagai bagian dari upaya kecil saya untuk mewujudkan proses pembelajaran berwawasan global, saya mencoba memberikan ujian yang jawabannya dikirimkan melalui email. Hasilnya? Ternyata hanya sebagian mahasiswa yang mengirimkan jawaban ujian. Dari mahasiswa yang mengirimkan jawaban tersebut, beberapa mengirimkan jawaban sebagai pesan email, padahal saya sudah minta mereka mengirimkan jawaban sebagai lampiran (attachment). Bukan hanya itu, sebagian mahasiswa mengirimkan email jawaban tanpa mengisi kotak perihal (subject) sehingga surat masuk dengan keterangan no subject.
Mahasiswa Peserta Kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Semester Ganjil 2012/2013 yang mengumpulkan jawaban ujian melalui email |
Apakah saya kecewa? Tentu saja tidak. Ini semua adalah bagian dari sebuah kehormatan dari mempeoleh kesempatan mengajar di sebuah universitas berwawasan global. Tentu saja saya sudah menyiapkan diri untuk menghadapi ini semua. Sebab saya tahu bahwa di negeri ini, dewasa ini, predikat selalu menjadi lebih penting dari kenyataan sesungguhnya. Sebagai bagian dari itu semua, lulus menjadi sarjana dan memperoleh gelar akademik jauh lebih penting daripada bagaimana menjadi seorang sarjana. Terima kasih kepada Anda yang sudah membaca tulisan ini.
sabagian besar dari teman2 mahasiswa yg tidak mengirimkan tugas yg diberikan bapak, bukan karena mereka tidak mengerjakannya melainkan karena kemampuan dalam menguasai iptek khususnya internet yang kurang baik.
BalasHapussaya rasa langkah2 yang bapak berikan sudah sangat jelas, tapi banyak teman2 juga yg mash kurang paham.
Terima kasih, bila demikian, mengapa tidak bertanya, atau menyampaikan kesulitan yang dihadapi, saya akan dengan senang hati membantu.
HapusMantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .