Permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Faktor keempat adalah manusia yang berada di atas ketiga faktor dasar tersebut. Ke depan, seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, faktor lingkungan dan faktor manusia, dan lebih-lebih faktor manusia, akan menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks. Untuk memahami hal ini pada Modul 6 ini akan diuraikan berbagai perubahan yang menjadi arus utama perubahan dewasa ini dan kemungkinan implikasi yang ditimbulkannya terhadap permasalahan perlindungan tanaman. Tidak semua perubahan dapat diuraikan, tetapi sebagai ilustrasi akan diuraikan pertumbuhan penduduk dan ketahanan pangan, perubahan iklim dan permasalahan OPT baru, globalisasi dan invasi OPT spesies asing, liberalisasi perdagangan dan OPT sebagai hambatan non-tarif, serta OPT pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah.
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB, penduduk dunia tahun 2010 mencapai 6.890.700.000 jiwa, sedangkan menurut sensus penduduk 2010 penduduk Indonesia 237.556.363 jiwa dan penduduk Provinsi NTT 4.679.316 jiwa. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000 jiwa) dan di atas Brazil (190.732.694 jiwa), menyumbang 3,45% terhadap jumlah penduduk dunia. Penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia).
Sementara itu, berkat Revolusi Hijau, produktivitas serealia, yang merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, meningkat menjadi sekitar 3 ton/ha setelah 1990, tetapi sejak 1985 produksi per kapita justeru menurun dari sekitar 375 kg/orang menjadi di bawah 350 kg/orang. Penurunan produksi per kapita tersebut terjadi karena berbagai faktor, termasuk oleh OPT yang pada serealia negara-negara maju saja (winter rye, winter wheat, spring wheat, barley, dan oats) dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 5%. Pada pihak lain, konsumsi serealia dunia yang pada 1990 sebesar 1.921,3 juta ton pada 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 2.679,0 juta ton pada 2025 hanya berdasarkan jumlah penduduk atau menjadi 3.046,5 juta ton peningkatan pendapatan penduduk diperhitungkan.
Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya, sehingga kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat terpenuhi. Tantangan ini menjadi lebih berat bagi Indonesia, bukan hanya karena laju peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas sebagaimana yang telah dimiliki oleh negara-negara maju. Jangankan strategi perlindungan tanaman, data mengenai OPTdan kehilangan hasil yang ditimbulkannya saja sulit diperoleh untuk Indonesia, apalagi untuk Provinsi NTT.
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer meningkat dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005. Selama 8000 tahun sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi sejak 1759 konsentrasi CO2 meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan tahunan konsentrasi CO2 hasil pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4 ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun selama 1995-2005. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2 dan gas-gas rumah kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ± 0.17 W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diirngi pula dengan perubahan pola presipitasi global.
Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan pemencaran OPT. Peningkatan CO2 diperkirakan akan berpengaruh terhadap gulma daripada golongan OPT lainnya karena gulma, khusunya gulma yang mempunyai jalur fotosintetik C3, mampu lebih memanfaatkan CO2 daripada tanaman. Sementara itu, peningkatan suhu akan mendorong jenis-jenis gulma penting di kawasan tropika dataran rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini menyebabkan petani Australia bagian Selatan dan di kawasan tropika dataran tinggi, misalnya, harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada binatang hama maupun patogen, sebagaimana misalnya pemencaran kutu loncat jeruk asia (Diaphorina citri) yang akan diprediksi akan mencapai Australia bagian Selatan. Sementara itu, pengaruh perubahan pola presipitasi terhadap OPT diperkirakan akan sangat berkaitan dengan perubahan pola budidaya tanaman yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap perubahan pola presipitasi yang terjadi di suatu kawasan.
Proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi. Globalisasi dicirikan antara lain oleh meningkatnya arus orang dan barang dalam waktu sangat cepat melintasi jarak yang sebelumnya memerlukan waktu lama untuk melintasinya. Peningkatan arus orang dan barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai OPT, terutama dari negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-negara sedang berkembang yang bergantung pada impor dan kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara itu, globalisasi juga akan mengarah pada penguasaan industri benih dan sarana produksi pertanian oleh negara-negara maju. Melalui paten negara-negara maju akan merampok sumberdaya genetik negara-negara berkembang yang kaya secara keanekaragaman hayati tetapi miskin secara ekonomi dan kemampuan sumberdaya manusia untuk kemudian, setelah melalui rekayasa dan pemberian merek dagang, menjual benih yang dihasilkan kembali ke negara-negara asal bahan genetiknya dengan harga mahal. Tidak banyak orang yang sadar bahwa dewasa ini 23% pasar benih komersial dunia dikuasai hanya oleh 10 perusahaan multinasional negara-negara maju dengan nilai perdagangan mencapai US $ 23 milyar, perusahaan yang sama juga menguasai perdagangan sarana produksi pertanian dunia, dan 5 perusahaan multinasional lain negara-negara maju mengendalikan perdagangan biji-bijian dunia. Dengan sedemikian berkuasanya perusahaan multinasional negara-negara maju tersebut, bukan tidak mungkin ke depan, ketika permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks, negara-negara maju akan menguasai yang tahan terhadap OPT.
Kemampuan negara-negara maju untuk semakin menguasai dunia juga dilakukan dengan menggunakan instrumen liberalisasi perdagangan yang dikendalikan melalui World Trade Organization (WTO). Menurut ketentuan WTO, perdagangan dunia perlu diupayakan agar menjadi tanpa diskriminasi, lebih bebas, lebih dapat diprediksi, bersaing lebih sehat, dan lebih mempromosikan pembangunan dunia. Menurut WTO, tarif yang dikenakan oleh setiap negara bagi produk impor harus dihilangkan dan subsidi dipandang sebagai kebijakan yang tidak sehat bagi perdagangan dunia. Untuk menjamin perdagangan dunia menjadi lebih bebas WTO menetapkan berbagai instrumen standardisasi yang mengikat negara-negara anggotanya. Semua ketentuan WTO memang fair, tetapi fair bagi siapa? Negara-negara maju dengan instansi karantina yang kuat dan didukung dengan fasilitas karantina yang canggih dengan mudah dapat mendeteksi adanya infestasi OPT, pestisida, atau aflatoksin pada produk negara-negara sedang berkembang, sedangkan negara-negara sedang berkembang sebaliknya. Lebih-lebih bagi negara-negara yang memerlukan bantuan, bagaimana mungkin melakukan pemeriksaan ketat terhadap produk negara-negara maju yang masuk dengan label bantuan kemanusiaan. Padahal, apapun labelnya, apakah barang impor yang masuk secara biasa atau sebagai bantuan kemanusiaan, semuanya mempunyai peluang untuk terinfestasi OPT, pestisida, atau aflatoksin. Masuknya kodok raksasa dari Australia ke Timor Leste merupakan contoh bagaimana bantuan kemanusiaan dalam jangka pendek dapat disertai dengan invasi spesies asing yang akan sangat merugikan dalam jangka panjang.
Lebih daripada barang, produk ekspor negara-negara maju yang sebenarnya tidak kalah penting adalah demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Sebagaimana halnya liberalisasi perdagangan, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah merupakan sesuatu yang baik di negara-negara maju yang kemudian diasumsikan dengan sendirinya juga baik bagi semua negara. Akan tetapi, setiap negara mempunyai latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda sehingga apa yang baik di negara-negara maju tidak dengan sendirinya dapat menjadikan negara-negara berkembang sebaik negara-negara maju. Alhasil, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah yang diekspor paksa ke berbagai negara berkembang justeru menimbulkan banyak ketegangan dan kepincangan pelayanan publik. Indonesia boleh berbangga karena dipandang dunia sebagai negara berkembang yang sukses melakukan demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Namun di balik kesuksesan tersebut, demokratisasi dimaknai tidak lebih daripada sekedar pesta pemilihan umum dan desentralisasi dan otonomi daerah tidak lebih daripada sekedar pemindahan kewenangan dari pusat ke daerah. Akuntabilitas dan pelayanan publik yang di negara-negara maju merupakan wujud sesungguhnya dari demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah ternyata masih sangat jauh dari harapan. Pemilihan umum terus dilakukan, pemerintahan terus berganti, tetapi pemerintahan yang baru tetap saja tidak banyak memperbaiki akuntabilitas dan pelayanan publik. Tidak mengherankan bila dari dahulu Indonesia tidak mempunyai strategi nasional perlindungan tanaman sebagaimana misalnya yang dimiliki negara-negara maju seperti Australia. Dari dahulu Indonesia tidak mempunyai database mengenai OPT penting, sampai sekarang pun tetap tidak punya. Jangan lagi ditanya pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Bahkan di Provinsi NTT yang sedang melaksanakan program intensifikasi jagung sekalipun, yang diprioritaskan pemerintah daerah adalah membudidayakan jagung varietas unggul yang benihnya diproduksi oleh perusahaan dari luar. Untuk dapat mencapai produksi potensialnya, varietas unggul tersebut harus dibudidayakan secara intensif yang dengan sendirinya membuka pasar bagi berbagai jenis pestisida yang diproduksi oleh negara-negara maju.
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB, penduduk dunia tahun 2010 mencapai 6.890.700.000 jiwa, sedangkan menurut sensus penduduk 2010 penduduk Indonesia 237.556.363 jiwa dan penduduk Provinsi NTT 4.679.316 jiwa. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000 jiwa) dan di atas Brazil (190.732.694 jiwa), menyumbang 3,45% terhadap jumlah penduduk dunia. Penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia).
Sementara itu, berkat Revolusi Hijau, produktivitas serealia, yang merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, meningkat menjadi sekitar 3 ton/ha setelah 1990, tetapi sejak 1985 produksi per kapita justeru menurun dari sekitar 375 kg/orang menjadi di bawah 350 kg/orang. Penurunan produksi per kapita tersebut terjadi karena berbagai faktor, termasuk oleh OPT yang pada serealia negara-negara maju saja (winter rye, winter wheat, spring wheat, barley, dan oats) dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 5%. Pada pihak lain, konsumsi serealia dunia yang pada 1990 sebesar 1.921,3 juta ton pada 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 2.679,0 juta ton pada 2025 hanya berdasarkan jumlah penduduk atau menjadi 3.046,5 juta ton peningkatan pendapatan penduduk diperhitungkan.
Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya, sehingga kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat terpenuhi. Tantangan ini menjadi lebih berat bagi Indonesia, bukan hanya karena laju peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas sebagaimana yang telah dimiliki oleh negara-negara maju. Jangankan strategi perlindungan tanaman, data mengenai OPTdan kehilangan hasil yang ditimbulkannya saja sulit diperoleh untuk Indonesia, apalagi untuk Provinsi NTT.
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer meningkat dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005. Selama 8000 tahun sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi sejak 1759 konsentrasi CO2 meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan tahunan konsentrasi CO2 hasil pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4 ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun selama 1995-2005. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2 dan gas-gas rumah kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ± 0.17 W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diirngi pula dengan perubahan pola presipitasi global.
Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan pemencaran OPT. Peningkatan CO2 diperkirakan akan berpengaruh terhadap gulma daripada golongan OPT lainnya karena gulma, khusunya gulma yang mempunyai jalur fotosintetik C3, mampu lebih memanfaatkan CO2 daripada tanaman. Sementara itu, peningkatan suhu akan mendorong jenis-jenis gulma penting di kawasan tropika dataran rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini menyebabkan petani Australia bagian Selatan dan di kawasan tropika dataran tinggi, misalnya, harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada binatang hama maupun patogen, sebagaimana misalnya pemencaran kutu loncat jeruk asia (Diaphorina citri) yang akan diprediksi akan mencapai Australia bagian Selatan. Sementara itu, pengaruh perubahan pola presipitasi terhadap OPT diperkirakan akan sangat berkaitan dengan perubahan pola budidaya tanaman yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap perubahan pola presipitasi yang terjadi di suatu kawasan.
Proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi. Globalisasi dicirikan antara lain oleh meningkatnya arus orang dan barang dalam waktu sangat cepat melintasi jarak yang sebelumnya memerlukan waktu lama untuk melintasinya. Peningkatan arus orang dan barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai OPT, terutama dari negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-negara sedang berkembang yang bergantung pada impor dan kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara itu, globalisasi juga akan mengarah pada penguasaan industri benih dan sarana produksi pertanian oleh negara-negara maju. Melalui paten negara-negara maju akan merampok sumberdaya genetik negara-negara berkembang yang kaya secara keanekaragaman hayati tetapi miskin secara ekonomi dan kemampuan sumberdaya manusia untuk kemudian, setelah melalui rekayasa dan pemberian merek dagang, menjual benih yang dihasilkan kembali ke negara-negara asal bahan genetiknya dengan harga mahal. Tidak banyak orang yang sadar bahwa dewasa ini 23% pasar benih komersial dunia dikuasai hanya oleh 10 perusahaan multinasional negara-negara maju dengan nilai perdagangan mencapai US $ 23 milyar, perusahaan yang sama juga menguasai perdagangan sarana produksi pertanian dunia, dan 5 perusahaan multinasional lain negara-negara maju mengendalikan perdagangan biji-bijian dunia. Dengan sedemikian berkuasanya perusahaan multinasional negara-negara maju tersebut, bukan tidak mungkin ke depan, ketika permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks, negara-negara maju akan menguasai yang tahan terhadap OPT.
Kemampuan negara-negara maju untuk semakin menguasai dunia juga dilakukan dengan menggunakan instrumen liberalisasi perdagangan yang dikendalikan melalui World Trade Organization (WTO). Menurut ketentuan WTO, perdagangan dunia perlu diupayakan agar menjadi tanpa diskriminasi, lebih bebas, lebih dapat diprediksi, bersaing lebih sehat, dan lebih mempromosikan pembangunan dunia. Menurut WTO, tarif yang dikenakan oleh setiap negara bagi produk impor harus dihilangkan dan subsidi dipandang sebagai kebijakan yang tidak sehat bagi perdagangan dunia. Untuk menjamin perdagangan dunia menjadi lebih bebas WTO menetapkan berbagai instrumen standardisasi yang mengikat negara-negara anggotanya. Semua ketentuan WTO memang fair, tetapi fair bagi siapa? Negara-negara maju dengan instansi karantina yang kuat dan didukung dengan fasilitas karantina yang canggih dengan mudah dapat mendeteksi adanya infestasi OPT, pestisida, atau aflatoksin pada produk negara-negara sedang berkembang, sedangkan negara-negara sedang berkembang sebaliknya. Lebih-lebih bagi negara-negara yang memerlukan bantuan, bagaimana mungkin melakukan pemeriksaan ketat terhadap produk negara-negara maju yang masuk dengan label bantuan kemanusiaan. Padahal, apapun labelnya, apakah barang impor yang masuk secara biasa atau sebagai bantuan kemanusiaan, semuanya mempunyai peluang untuk terinfestasi OPT, pestisida, atau aflatoksin. Masuknya kodok raksasa dari Australia ke Timor Leste merupakan contoh bagaimana bantuan kemanusiaan dalam jangka pendek dapat disertai dengan invasi spesies asing yang akan sangat merugikan dalam jangka panjang.
Lebih daripada barang, produk ekspor negara-negara maju yang sebenarnya tidak kalah penting adalah demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Sebagaimana halnya liberalisasi perdagangan, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah merupakan sesuatu yang baik di negara-negara maju yang kemudian diasumsikan dengan sendirinya juga baik bagi semua negara. Akan tetapi, setiap negara mempunyai latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda sehingga apa yang baik di negara-negara maju tidak dengan sendirinya dapat menjadikan negara-negara berkembang sebaik negara-negara maju. Alhasil, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah yang diekspor paksa ke berbagai negara berkembang justeru menimbulkan banyak ketegangan dan kepincangan pelayanan publik. Indonesia boleh berbangga karena dipandang dunia sebagai negara berkembang yang sukses melakukan demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Namun di balik kesuksesan tersebut, demokratisasi dimaknai tidak lebih daripada sekedar pesta pemilihan umum dan desentralisasi dan otonomi daerah tidak lebih daripada sekedar pemindahan kewenangan dari pusat ke daerah. Akuntabilitas dan pelayanan publik yang di negara-negara maju merupakan wujud sesungguhnya dari demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah ternyata masih sangat jauh dari harapan. Pemilihan umum terus dilakukan, pemerintahan terus berganti, tetapi pemerintahan yang baru tetap saja tidak banyak memperbaiki akuntabilitas dan pelayanan publik. Tidak mengherankan bila dari dahulu Indonesia tidak mempunyai strategi nasional perlindungan tanaman sebagaimana misalnya yang dimiliki negara-negara maju seperti Australia. Dari dahulu Indonesia tidak mempunyai database mengenai OPT penting, sampai sekarang pun tetap tidak punya. Jangan lagi ditanya pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Bahkan di Provinsi NTT yang sedang melaksanakan program intensifikasi jagung sekalipun, yang diprioritaskan pemerintah daerah adalah membudidayakan jagung varietas unggul yang benihnya diproduksi oleh perusahaan dari luar. Untuk dapat mencapai produksi potensialnya, varietas unggul tersebut harus dibudidayakan secara intensif yang dengan sendirinya membuka pasar bagi berbagai jenis pestisida yang diproduksi oleh negara-negara maju.
Berbagai tantangan sebagaimana yang telah diuraikan menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks. Benar bahwa ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perlindungan tanaman juga akan berkembang dan seiring dengan itu berbagai terobosan akan terjadi. Misalnya, dengan dukungan teknologi informasi yang kini berkembang dengan pesat diharapkan bahwa pemencaran OPT di masa depan diharapkan dapat menjadi lebih terprediksi dan terpetakan. Bila memang demikian maka yang akan menikmati keuntungan dari kemajuan ini adalah kembali negara-negara maju, bukan karena keunggulan mereka di bidang ilmu gulma dan teknologi informasi, tetapi karena pemerintah mereka yang lebih mementingkan akuntabilitas dan pelayanan publik daripada pemerintah di negara-negara sedang berkembang. Untuk mengantisipasi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin kompleks ke depan tersebut maka perlindungan tanaman di Indonesia perlu berkembang tidak secara linier melainkan lintas disiplin. Selain itu, para pakar perlindungan tanaman perlu membangun lobi kepada pemerintah adar pemerintah dapat mewujudkan akuntabilitas dan pelayanan publik melalui pengembangan strategi perlindungan tanaman untuk mengantisipasi permasalahan ke depan yang menjadi semakin kompleks.
Menghadapi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin kompleks, negara-negara maju kini mulai mengembangkan pendekatan perlindungan yang lebih proaktif dan lebih merangkul berbagai sektor. Untuk dapat melindungi tanaman secara lebih efektif, perlindungan tidak lagi dapat diberikan terhadap tumbuhan per se (plant protection), tetapi terhadap kehidupan (protection of life). Hal ini dapat dimengerti karena sesungguhnya terdapat keterkaitan antar berbagai bentuk kehidupan menyangkut berbagai aspek; bukan hanya secara fisik, kimia, dan hayati, tetapi juga secara ekonomi, sosial, dan budaya. Pertanian sesungguhnya bukan hanya persoalan teknologi (agro-teknologi), tetapi persoalan manusia dengan segala dimensinya. Demikian juga dengan perlindungan tanaman, bukan lagi sekedar persoalan biologi dan ekologi OPT, tetapi lebih ke persoalan bagaimana petani dapat menerapkan teknologi perlindungan tanaman yang sudah menjadi sedemikian canggih sehingga menyulitkan petani untuk menjangkaunya. Pendekatan perlindungan kehidupan yang kini mulai digunakan di berbagai negara maju tersebut, terutama Selandia Baru, Australia, dan AS, adalah pendekatan yang dikenal sebagai ketahanan hayati (biosecurity).
Ketahanan hayati sebenarnya merupakan upaya perlindungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma. Sebagaimana didefinisikan oleh FAO (2007), ketahanan hayati juga dapat dipandang sebagai pendekatan strategis dan terpadu yang mencakup kerangka kebijakan dan perundang-undangan (termasuk sarana dan prasarana maupun kegiatan) untuk menganalisis risiko terhadap manusia, kehidupan dan kesehatan hewan dan tumbuhan, serta risiko terhadap lingkungan hidup. Fokus ketahanan hayati adalah risiko (risk), yang dalam hal ini merupakan fungsi peluang timbulnya bahaya yang merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan serta keparahan pengaruh yang ditimbulkan. Risiko timbul sebagai konsekuensi dari adanya bahaya (hazard), yang didefinisikan berbeda-beda antar sektor sebagaimana ditetapkan oleh kelembagaan/konvensi internasional yang mengatur sektor yang bersangkutan. Pada sektor pertanian tanaman, bahaya sebagaimana didefinisikan oleh International Plant Protection Commission (IPPC), merupakan setiap spesies, strain, atau biotipe tumbuhan, binatang, atau agen patogenik yang berpotensi menimbulkan luka terhadap tumbuhan maupun hasilnya. Pada sektor-sektor lainnya bahaya didefinisikan berbeda, tetapi semua definisi bahaya yang berbeda-beda tersebut disatukan dalam ketahanan hayati melalui konsep risiko yang untuk menanganinya memerlukan langkah-langkah penilaian, pengelolaan, dan pengkomunikasian. Untuk dapat melakukan penilaian, pengelolaan, dan pengkomunikasi risiko, perlu diratifikasi berbagai konvensi internasional yang berkaitan dengan ketahanan hayati.
Dari ketiga langkah analisis risiko ketahanan hayati, semuanya memerlukan bukan hanya tindakan teknis. Penilaian risiko merupakan proses untuk mengidentifikasi bahaya, mengkarakterisasi dampak buruk yang ditimbulkannya terhadap kesehatan, mengevaluasi taraf paparan penduduk atau populasi hewan/tumbuhan terhadap bahaya tersebut, dan mengestimasi besarnya risiko yang ditimbulkan. Hasil penilaian risiko perlu ditindaklanjuti dengan pengelolaan risiko sebagai langkah yang harus diambil oleh pihak yang berkompeten dalam mempertimbangkan hasil penilaian risiko, menentukan kebijakan alternatif dengan mempertimbangkan pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap perlindungan kesehatan yang dimungkinkan, dan menentukan tindakan pengendalian yang diperlukan. Penilaian risiko dan pengelolaan risiko perlu dikomunikasikan secara terbuka melalui komunikasi risiko, yaitu pertukaran interaktif informasi dan opini mengenai risiko, isu-isu pengelolaan risiko, dan persepsi masyarakat terhadap risiko. Jelas bahwa pengelolaan ketahanan hayati memerlukan lebih dari sekedar ilmu-ilmu alam dan teknologi, melainkan juga ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pendekatan secara lintas bidang ilmu tersebut diperlukan karena yang menjadi fokus ketahanan hayati adalah perlindungan kehidupan yang jelas diwarnai dengan pernak pernik persoalan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Dari bacaan materi diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak hanya pada permasalahan biologi dan ekologi, tetapi juga dipengaruhi oleh ekonomi, politik, sosial dan budaya.
BalasHapusContoh 1: setiap tahun jumlah penduduk di dunia semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan pangan terus meningkat, sehingga tugas dari perlindungan tanaman adalah bagaimana cara mengatasi kekurangan pangan kedepannya, sehingga tidak terjadi krisis pangan. selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi pertumbahan dan perkembangan OPT.
Contoh 2: di Negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia, sudah memiliki alat canggih untuk mendeteksi OPT. sedangkan di negara berkembang seperti indonesia, kebijakan pembangunan pertanian belum di sertai strategi perlindungan tanaman dan data mengenai OPT sulit untuk di peroleh, dan tidak sama seperti di Negara maju. Negara maju seperti AS, ketika tanaman akan di ekspor keluar, tanaman dari negara maju bisa masuk begitu saja ke Negara berkembang tanpa ada pemeriksaan yang ketat karena belum ada alat mendeteksi OPT. Di Negara maju, ketika tanama dari luar akan masuk ke daerahnya, akan dilakukan pemeriksaan ketat sehingga OPT tidak mudah masuk begitu saja, sehingga pada akhirnya negara berkembang yang akan menanggung resiko dan mengalamimkerugian.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDari paparan materi diatas dapat dikatakan bahwa faktor manusia menjadi faktor teratas dari permasalahan perlindungan tanaman dibandingkan ketiga faktor lain yaitu tanaman,OPT dan juga lingkungan. Faktor manusia akan menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman semakin kompleks.
BalasHapusBanyak tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman, seperti yang telah diutarakan diatas, saya setuju mengenai tantangan atau masalah perlindungan tanaman yang menjadi fakta yaitu laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di dunia atau sebut saja di Indonesia terkhususnya NTT. Ditambah lagi dengan kebijakan pembangunan pertanian dengan strategi yang tidak memadai. Seperti yang diungkapkan diatas bahwa negara-negara maju berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan perlindungan tanaman,dengan begitu bisa dikatakan bahwa negara-negara maju dapat menguasai dunia dan juga negara-negara berkembang yang kaya akan keragaman hayati.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman bukan hanya dipengaruhi oleh aspek fisik,aspek biologi,aspek hayati melainkan juga aspek ekonomi,politik,serta sosial dan budaya. Saya setuju bahwa Dunia Pertanian bukan hanya persoalan agro-teknologi tetapi persoalan bagaimana manusia dan dimensinya sendiri,serta cara Petani dapat menerapkan teknologi perlindungan tanaman yang lebih canggih agar dapat mengatasi masalah perlindungan tanaman kedepannya yang akan semakin kompleks.
Pertanyaan saya : bagaimana tanggapan pemerintah yang lebih kompleks mengenai hal yang akan menghalangi perlindungan tanaman kedepannya dan bagaimana tanggapan para ilmuan pertanian dalam menanggapi hal tersebut?
Dari pemaparan materi diatas dapat diketahui bahwa manusia memegang peranan yang penting dalam permasalahan perlindungan tanaman. Seperti kita lihat pada materi diatas bahwa kebanyakan Negara maju lebih dapat atau lebih mampu untuk mengendalikan permasalahan perlindungan tanaman dibandingkan Negara berkembang . Salah satu factor yang mendukung pengendelian permasalahan perlindungan tanaman di Negara maju adalah kemajuan teknologi yang digunakan.
BalasHapusBandingkan Indonesia sebagai Negara berkembang yang bahkan data mengenai OPT dan kehilangan hasil yang ditimbulkan hampir-hampir tidak ada. Hal ini menunjukan keterbatasan dan kelemahan kita dalam hal kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini menjadi penyebab sehingga kita kurang mampu memanfaatkan semua sumber daya alam yang dimiliki. Teknologi canggih yang digunakan oleh Negara maju diciptakan oleh SDM yang ahli, sehingga dalam hal disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas sangatlah penting, terkhususnya untuk menangani masalah perlindungan tanaman.
1. Setelah membaca materi di atas tentang “permasalahan perlindungan tanaman dan upaya penyelesaiannya” dapat saya simpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman saat ini tidak lagi terbatas pada aspek tanaman ataupun jenis OPT yang menyerang tetapi sudah mecakup semua aspek termaksud manusia. Yang saya maksudkan “manusia” disini yaitu petani, pemerintah dan para peneliti/ilmuan. Salah satu contohnya permasalahannya yaitu Masyarakat indonesia yang kuno apalagi para petaninya yang masih menganut paham-paham turun temurun dari nenek moyang yang menyebabkan pola berpikirnya sulit diubah khususnya pola bercocok tanam dan penanganan pasca panen dan kurangnya pengetahuan untuk mengendalikan OPT. Namun demikian Saya rasa pemerintah indonesia khususnya kurang memiliki perhatian pada hal ini. Seperti yang sudah di rincikan pada materi diatas bahwa peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang pesat menyebabkan masalah pada sektor pangan yang menyebabkan negara indonesia yang notabene di istilahkan dengan negara agraris justru saat ini tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pagan masyarakatnya sehingga lebih banyak bergantung pada pagan import negara-negara maju. Ini pulalah yang menjadi penyebab masuknya OPT asing di negara kita ditambah lagi dengan kurangnya teknologi cangih untuk kegiatan karantina bagi produk-produk dari luar serta tidak berkompetennya petugas-petugas yang ditempatkan dibagian karantina sehingga seringkali barang-barang import dari negara maju dengan meng-atas-namakan bantuan sosial dan lainnya dibiarkan masuk begitu saja tanpa dilakukan proses karantina yang ketat. Sehingga Pemerintah hanya sebatas pada ‘penentuan kebijakan’ semata tanpa adanya tindakan dan strategi yang efektif dalam menangani masalah perlindungan tanaman. Padahal Indonesia yang kaya akan sumber dayanya haruslah belajar dari negara maju yang jusru sangat memprioritaskan pada sektor pertaniannya. Seharusnya pemerintah Jangan hanya mengeluarkan dana negara untuk hal-hal yang sepeleh seperti perbesaran gedung-gedung pemerintah, untuk alokasi dana pemilu sampai bermilyar-milyar bahkan triliunan rupiah tapi coba saja kalau dana-dana itu dianggarkan untuk pembelian alat-alat cangih atau teknologi baru yang dapat membantu dalam hal karantina dan penanggulangan OPT di Indonesia dengan bekerjasama dengan petani dan para peneliti/ilmuan. Pastilah dengan demikian Indonesia dapat meminimalisir masalah perlindungan tanaman ini apalagi tahun depan akan ada Pasar Asean dan Pasar Global pada tahun-tahun kedepan.
BalasHapusBerdasarkan pemaparan materi hasil Permasalahan perlindungan tanaman yg terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Faktor keempat adalah manusia yang berada di atas ketiga faktor dasar tersebut
BalasHapusYang ingin sy tanyakan mengapa manusia yg menjadi faktor keempat dari ketiga komponen dasar diatas? mengapa manusia tidak menjadi faktor utama penyebab perlindungan tanaman sedangkan yg kita ketahui manusialah dan lingkungan yg mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Semakin berkembangnya zaman permasalahan yang dihadapi semakin kompleks .Permasalahan pelindungan tamanan merupakan salah satu permasalahan yang menjadi perhatian kita,karena tanaman merupakan kebutuhan pangan bagi manusia. Permasalahan yang dihadapi diantaranya pertumbuhan penduduk dan ketahanan pangan dalam arti semakin banyak jumlah penduduk setiap tahunnya maka kebutuhan akan permintaan terhadap panganpun meningkat, masalah perubahan iklim juga memperngaruhi produksi akan pangan yang dibutuhkan dan permasalahan OPT baru, globalisasi dan invasi OPT spesies asing, liberalisasi perdagangan dan OPT sebagai hambatan non-tarif, serta OPT pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah.Permasalahan diatas merupakan tantangan yang dihadapi dalam perlindungan tanaman, untuk itu dibutuhkan upaya menghadapi permasalahan perlindungan tanaman dengan mengembangkan pendekatan perlindungan yang lebih proaktif dan lebih merangkul berbagai sektor. Untuk dapat melindungi tanaman secara lebih efektif, perlindungan tidak lagi dapat diberikan terhadap tumbuhan ,dengan memberikan kehidupan lagi. Perlindungan ini tidak hanya melihat pada satu aspek saja namun perlindungan ini juga perlu kita melihat beberapa aspek yang lain dimana aspek ekonomi,social,ekologi,budaya dan masyarakat sangat berpengaruh dalam upaya perlindungan tanaman.
BalasHapuspertanyaan saya : Bagaimana konsep dan cara perlindungan tanaman yang melibatkan aspek ekologi, social, ekonomi, budaya dan masyarakat dapat berjalan menjadi kesatuan dan terarah? Dan apa saja tantangan yang dihadapi dalam konsep tersebut?
Dari materi yang saya baca dikatakan bahwa faktor keempat dalam permasalahan perlindungan tanaman adalah manusia. Walaupun dikatakan demikian,tetapi menurut saya manusia merupakan faktor utama yang menyebabkan timbulnya banyak OPT. Manusia yang dimaksud disini lebih khususnya pada pihak petani,dimana petani sulit memahami bagaimana cara menerapkan teknologi perlindungan tanaman yang canggih untuk bisa mengatasi berbagai OPT khususnya di Indonesia sehingga Indonesia selalu menerima pangan impor dari Negara-negara maju yang juga dari hasil pangannya menimbulkan banyak OPT. jadi,wajar saja untuk mendapatkan data mengenai OPT dan kehilangan hasil di Indonesia terlebih di NTT sulit diperoleh. Selain itu juga Indonesia selalu di lilit dengan permasalahan akan kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Kebutuhan akan pangan menjadi persoalan penting karena di samping itu juga sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari waktu ke waktu,sehingga kebijakan pemerintah yang kurang terhadap masalah perlindungan tanaman ke depannya harus di perhatikan.
BalasHapusPertanyaan : yang ingin saya tanyakan,mengapa kebutuhan pangan di kaitkan dengan pertumbuhan penduduk ?
Dari materi diatas telah diketahui bahwa permasalahan perlintan terjadi karena interaksi antara tanaman,OPT,dan lingkungan.Faktor berikutnya adalah manusia dan faktor manusialah yang akan menjadi penyebab perlintan menjadi kompleks.Sebagai ilustrasi akan diuraikan pertumbuhan penduduk,ketahan pangan,perubahan iklim,permasalahan OPT baru,globalisasi dan sebagainya.Tantangan yang dihadapi perlintan adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi kecil bukan hanya pada serealia,tetapi juga pada jenis tanaman pangan lainnya sehingga kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk didunia dapat terpenuhi.Globalisasi akan meningkatkan arus orang dan barang dan disertai dengan meningkatnya peluang OPT.
BalasHapusYang ingin saya tanyakan bagaimana cara mengatasi proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat dan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan globalisasi??
Berdasarkan isi materi di atas, dapat di ketahui bahwa permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antara tiga komponen dasar yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Namun tidak terlepas juga manusia sebagai faktor utama pengganggu tanaman. Manusia di katakan sebagai faktor utama permasalahan perlindungan tanaman karena semakin hari jumlah penduduk semakin meningkat, sehingga banyaknya pemukiman yang di buka untuk membuat rumah, industri dll, dan terjadinya penebangan hutan karena ulah manusia. Dengan adanya polusi seperti pencemaran udara karena ulah manusia, akan membuat lapisan ozon menipis, sehingga terjadinya perubahan iklim yang membuat OPT dapat berkembang.
BalasHapusYang menjadi pertanyaan saya adalah langkah apa yang di ambil pemerintah untuk mengatasi permasalahan pangan yang terus meningkat.
Berdasarkan materi diatas mengenai “permasalahan perlindungan tanaman dan upaya penyelesaiannya” dapat saya simpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman bahwa tidak hanya berpatokan pada satu komponen saja melainkan mencakup beberapa komponen yang sangat mempengaruhi dari permasalahan diatas yaitu terdiri dari sosial,ekonomi,dan politik. Ketiga komponen ini mempunyai perannya masing-masing akan tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan perlindungan tanaman.Dimana jika satu kompnonen terganggu maka sebaliknya semua komponen juga mengalami hal terbsebut karena jika salah satu tidak mendukung dengan yang lain akan menimbulkan suatu permasalahan yang besar serta berdampak negatif terhadap manusia itu sendiri misalnya : ketika seseorang ingin membangun sebuah rumah atau perusahaan ia harus menyusaikan dengan keadaan lingkungan di sekitarnya artinya bahwa pada saat membangun sebuah gedung harus bewawasan lingkungan dengan mempertimbangkan beberapa aspek agar ke depannya tidak menimbulkan suatu permasalahan lingkungan.
BalasHapusDengan demikian pemerintah juga tidak berpaku tangan dalam hal membangun perekonomian melainkan pemerintah harus merangkul masyarakatnya serta menanamkan pola pikir yang berwawasan pada lingkungan lebih khususnya dalam bidang pertanian yaitu pemerintah harus memiliki suatu koneksi dengan para petani yang baik agar terciptanya swasembada pangan yang mampu mengangkat tingkat pendapatan para petani serta dapat memasok produksi pangan di pasaran sehinggah tidak perlu lagi mengimport bahan pangan dari negara lain.
Berdasarkan pemaparan materi diatas mengenai " permasalahan perlindungan tanaman dan upaya penyelesaiannya” dapat saya simpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak hanya terfokos pada satu aspek saja melainkan meliputi beberapa aspek baik itu aspek sosial- budaya, ekonomi,maupun politik, yang semuanya memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya atau dapat didihubungkan seperti 'rantai makanan" dimana ketika salah satu dari faktor tersebut mengalami gangguan akan berdampak pada semua faktor. hal ini menunjukkan bahwa ketika pola berpikir sekelompok orang /individu sulit diubah khususnya pola bercocok tanam dan penanganan pasca panen dan kurangnya pengetahuan untuk mengendalikan OPT hal ini menyebabkan petani menjadi miskin dengan pendapatan yang sangat minim di bawah rata- rata pendapatan minimal. selain itu minimnya perhatian dari pemerintah juga menjadi salah satu penghambat .hal ini jika dibiarkan terus berlangsung maka indonesia yang dulunya dikenal sebagai negara agraris tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya sehingga akan mengakibatkakan terjadinya krisis pangan sehingga mau tidak mau indonesia harus mengimpor dari negara lain yang mungkin ketersediaan sumberdaya tidak berlimpah seperti negara indonesia akan tetapai karena didukung oleh pemerintah dan teknologinya yang canggih dapat mengasilkan produksi yang berkualitas bagus.
BalasHapusdengan demikian ini sebagai sebuah pelajaran bagi seluruh komponen masyarakat dan lembaga aparatur negara agar sebagai motivasi untuk bangkit dari keterpurukan .
dari materi yang saya bacakan di atas dapat di simpulkan bahwa penyebab utama permasalahan pada tanaman adalah manusia. khususnya pada petani yang kurang memahami penerapan teknologi perlindungan tanaman. contohnya penggunaan pestisida jika penggunaan pestisida tidak sesuai aturan yang berlaku dan pemakaian yang secara berlebihqn akan mnyebabkan munculnya opt opt baru dan dengan seiringb perkembangan pada saat ini pertumbuhan penduduk juga semakin bertambah pesat hal itu akan brdampak pada kerusakan lingkungan salah satunya ad alah efek rumah kaca yang dapat mempengaruhi perubahan iklim. perubahan iklim dan globalisasi juga dapat menyebabkan kerudakannpada tanaman yang di tandqi dengqn pencemqrqn opt yqng lqmbqt menjadi cepqt dan semqkin meningkqt. dari faktor di atas akan menjadi sangat serius permasalahannya ke dpan jika tidak di atasi secara cepqt. dan saya berharap pemerintah segerq membuat program untuk menqngani permasqlahqn opt yang ada seperti yang sudah di terapkan oleh negarq maju lainnya.
BalasHapus"Proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi. Globalisasi dicirikan antara lain oleh meningkatnya arus orang dan barang dalam waktu sangat cepat melintasi jarak yang sebelumnya memerlukan waktu lama untuk melintasinya. Peningkatan arus orang dan barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai OPT, terutama dari negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-negara sedang berkembang yang bergantung pada impor dan kunjungan wisatawan mancanegara"
BalasHapusokey,,kita mengetahui bahwa semua itu adalah efeknya,dampaknya,ataupun hal yang menjadi faktor utamanya.
Lantas menanggapi hal itu langkah yang di ambil oleh pemerintah itu seperti apa ?? khususnya dalam menanggapi hal tersebut, dan mungkin bisa di berikan contohnya saja.
terima kasih
Setelah membaca materi di atas,yang menjadi pertanyaan saya yaitu Bagaimana upaya dari pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim yang begitu cepat dari tahun ke tahun akibat efek rumah kaca dan kegiatan industri yang pertumbuhannya begitu cepat di dunia..?karena seperti yang kita ketahui bahwa peningkatan kosentrasi CO2 akibat efek rumah kaca dan industri berpengaruh pada pertumbuhan gulma yang mempunyai jalur fotosintetik C3 yang mampu memanfaatkan CO2 dari pada tanaman sehingga jenis-jenis gulma yang ada di kawasan tropika akan menjangkau kawasan sub tropika.Hal ini menyebabkan petani di australia akan menghasapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah di kenal sebelumnya.
BalasHapusDengan membaca modul ini saya lebih memahami bahwa sebenarnya permasalahan itu terjadi oleh karena interaksi antara tanaman, OPT, dan lingkungan serta manusia. Masalah ini di timbulkan oleh faktor peningkatan jumlah penduduk dan jenis-jenis tanaman pangan dan berbagai perubahan iklim global semakin menjadikan permasalahan gulma semakin sulit kedepan dimana hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahan pemancaran OPT.
BalasHapusPeningkatan arus orang dan barang akan di sertai juga dengan OPT dari negara-negara yang mendominasi tempat expor. Oleh karena itu saya dapat memahami bahwa fakto yang menjadi permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang di pengaruhi oleh lingkungan fisik, ekonomi, kimia, hayati, dan budaya yang selalu berubah.
Berdasarkan materi di atas kita dapat mengetahui perlindungan tidak terlepas dari tiga komponen utama yaitu; lingkungan, OPT, tanaman. Di dalam perlindungan tanaman di Negara berkembang seperti Indonesia kita dapat melihat bahwa perlindungan tanaman sangat minim karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat mengenai OPT yang menyerang tanaman hal ini dapat menyebabkan tanaman yang dibudidayakan tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan dan nilai ekonomi yang dapat mencukupi kebutuhan petani. Hal tersebut merupakan masalah utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan petani agar dapat meminimalisir OPT yang ada, apabila hal tersebut dapat diwujudkan maka Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dalam bidang pertanian untuk menghadapi pasar Global di tahun-tahun kedepannya.
BalasHapusDari materi yang sudah saya bacakan, mengatakan bahwa permasalahan perlindungan tanaman itu dikarenakan 4 faktor yaitu tanaman, OPT, lingkungan dan juga manusia,
BalasHapusSeperti yang kita lihat bahwa data yang diperoleh dari densus penduduk dunia tahun 2010 yang sedemikian banyaknya dengan wilaya NTT juga lumayan banyak perlu peretimbangan yang matang lagi dalam hal capaian yang akan kita peroleh.
Kepadatan penduduk ini bisa membuat kesulitan dalam penyelesaian permasalah perlindungan tanaman ini dan penyelesaiannya yang sangat sulit.
Selain faktor diatas permasalahan perlindungan tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa hal yakni perubahan iklim dan efek dari rumah kaca itu sendiri.
Dari pelajaran ini juga ada hal menarik yang sedang ditawarkan kepada kita khususnya penduduk Selandia Baru, Australia dan juga tempat yang lainnya yang menerapkan teknik perlindungan kehidupan. yang mana teknik ini dikenal dengan pendekatan ketahanan hayati.
Teknik ini digunakan untuk perlindungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan masyarakat dari dampak hama, penyakit, dan gulma.
Jika di NTT bisa menerapkan hal yang demikian juga ada bagusnya.
dari materi diatas saya memahami bahwa permasalahan perlindungan tanaman saat ini tidak lagi terbatas pada aspek tanaman atau OPT saja tetapi telah mempengaruhi semua aspek termasuk aspek sosial,budaa,politik,dan ekonomi. untuk itu saat ini pemerintah tidak lagi boleh berpangku tangan dan menganggap masalah ini adalah masalah sepeleh tetapi harus telah menetapkan strategi yang teat dalam penanganannya. dengan demikian permasalahan perlindungan tanaman adalah tanggung jawab pemerintah bersama-sama dengan petani
BalasHapusdari uraian di atas menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman bukan sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks.
BalasHapusDari uraian di atas menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks
BalasHapusYang dapat saya pahami dari tulisan ini adalah manusia memegang peranan penting dalam permasalahan perlindungan tanaman . Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya . Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan pemencaran OPT. Peningkatan CO2 diperkirakan akan berpengaruh terhadap gulma daripada golongan OPT lainnya karena gulma, khusunya gulma yang mempunyai jalur fotosintetik C3, mampu lebih memanfaatkan CO2 daripada tanaman
BalasHapusPermasalah perlindungan tanaman yang kita lihat sekarang itu dipengaruhi oleh beberapa hal yakni: lingkungan, tanaman, OPT dan juga manusia.
BalasHapusAkantetapi hal ini lebih cendrung dipengaruhi oleh manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Karena pertumbuhan manusia yang sangat padatnya menyebabkan pdermasalahan perlindungan tanaman dalam suatu lingkup wilayah yang sangat luas.
Belajar tentang permasalah perlindungan tanaman tidak juga terlepas dari permasalahan perubahan iklim global. Perubahan iklim ynang kompleks ini disebabkan oleh manusia. Karena hal itu maka penyebaran hama penyakit dalam dunia pertanian sangat cepat. Teknologi seakan-akan tidak mampu mengatasi hal yang demikian itu. Karena hama penyakit tersebut sudah kebal dengan keadaan lingkugan yang ada.
di Negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia, sudah memiliki alat canggih untuk mendeteksi OPT. sedangkan di negara berkembang seperti indonesia, kebijakan pembangunan pertanian belum di sertai strategi perlindungan tanaman dan data mengenai OPT sulit untuk di peroleh, dan tidak sama seperti di Negara maju. Negara maju seperti AS, ketika tanaman akan di ekspor keluar, tanaman dari negara maju bisa masuk begitu saja ke Negara berkembang tanpa ada pemeriksaan yang ketat karena belum ada alat mendeteksi OPT.
BalasHapusPeningkatan arus orang dan barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai OPT, terutama dari negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-negara sedang berkembang yang bergantung pada impor dan kunjungan wisatawan mancanegara"
okey,,kita mengetahui bahwa semua itu adalah efeknya,dampaknya,ataupun hal yang menjadi faktor utamanya.
Dari bacaan diatas yang saya ingin tanyakan contoh ketahanan hayati lingkungan hidup??????
BalasHapusterima kasih pak, materinya sangat bermanfaat.
BalasHapusTerutama mengenai perubahan lingkungan yang terjadi serta dampaknya.
dimana dari perubahan lingkungan ini akan sangat berpengaruh juga dalam halnya pangan.
sehingga kita semua dapat membuka mata dan mengetahui cara menanggulanginya seperti apa.
Terima Kasih Pak, Dalam bacaan Di Atas dalam melakukan upaya Perlindungan Tanaman Perlu adanya kerja sama antara petani dan pemerintah. karena kenyataannya saat ini kewajiban pemerintah tidak efisien dalam membantu petani dalam permasalahan perlindungan tanaman di masa sekarang dan masa depan.
BalasHapusMengenai permasalahan perlindungan tanaman kedepan dan upaya mengantisipasi, lagi-lagi di sini butuh kesadaran dari petani dan pemerintah juga. apa gunanya kesadaran hanya timbul dari petani saja tetapi pemerintah tidak begitupun sebaliknya.
BalasHapusTerima Kasih Pak
BalasHapusmateri yang di sajikan dalam blog ini sanagat bermenfaat dan mengenai materi perubahan lingkungan dan dampak yang akan terjadi akan berpengaruh juga tarhadap dunia pertanian, dari bacan ini juga dapat memberi motifasi untuk dapat mengetahui langkah-langkah menaggulanginya
Dari materi yang sudah saya bacakan, mengatakan bahwa permasalahan perlindungan tanaman itu dikarenakan 4 faktor yaitu tanaman, OPT, lingkungan dan juga manusia,
BalasHapusSeperti yang kita lihat bahwa data yang diperoleh dari densus penduduk dunia tahun 2010 yang sedemikian banyaknya dengan wilaya NTT juga lumayan banyak perlu peretimbangan yang matang lagi dalam hal capaian yang akan kita peroleh. dan organisme penganggu tanman harus di kurangi sebaik mungkin.
Permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Faktor keempat adalah manusia yang berada di atas ketiga faktor dasar tersebut.Yang ingin saya tanyakan jika dari keempat komponen di atas salah satunya tidak ikut berinteraksi,apakah masih menimbulkan masalah yang serius?Terima kasih
BalasHapusDari materi di atas menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman bukan sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks.
BalasHapusMantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .
dari paparan di atas mungkin untuk mengatasai mslah perlindungan tanaman kedepan yaitu,, dengan pengelolaan tanaman terpadu, berupa pengelolaan lahan, air, pemilihan bibit unggul dan menjaga pertumbuhan tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan berkelanjutan, serta dalam rangka membantu mewujudkan kemandirian pangan, dan menyediakan solusi terdepan pengendalian gulma, hama dan penyakit pada budidaya padi untuk membantu petani mengelola dan menghasilkan panen yang berkualitas dan melimpah.
BalasHapusmungkin juga kita bisa mengganti padi sebagai bahan pangan utama dengan bahan pangan lain semacam ubi, dan jagung,, untuk mengatasi apa bila produksi padi menurun..
mksh
Sesuai dengan isi postingan di atas, sangat kasat mata bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi hanya sekedar permasalahan biologi, namun bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan lain sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut diatas maka akan menjadi lebih menguntungkan OPT sehingga ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks. Tapi dalam penerapan Sebenarnya konsep yang di anut dalam upaya mengurangi seranga OPT adalah pengendalian dengan mengkonbinasikan berbagai cara pengendalian yang dapat diterapkan menjadi satu kesatuan program yang serasi agar populasi hama tetap selalu ada dalam keaadaan yang tidak menimbulkan dampak yang kerugikan, ekonomi, aplikasinya tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan , serta penggunaan pestisida merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian lainnya telah dicoba dan tidak menampakkan hasil yang memuaskan. PHT sebenarnya tidak hanya dilakukan atau diterapkan pada waktu terjadi eksplosif OPT tetapi sebenarnya penerapan budidaya tanaman sehat sudah termasuk bagian dari PHT. Pedekatan berdasarkan konsep PHT tehnologi pengendalian yang ramah lingkungan misalnya antara lain penggunaan biopestisida sehingga pestisida kimia sintetik hanya digunakan sebagai alternative terakhir atau mengupanyakan penggunaan pestisida sintetik seminimal mungkin sedangkan konsep PHT ekologi cenderung menolak pengendalian hama dengan cara kimiawi. Ada juga pemanfaatan bahan alami bioaktif tanaman sebagai alternatif pengendalian hama adalah aman bagi organisme bukan sasaran. Bahan alami bioaktif tanaman dapat dimanfaatkan sebagai agens pengendali untuk organisme penggangu tanaman (hama dan penyakit tananaman) yang tersebar luas di alam, disekitar lahan-lahan petani yang selama ini terabaikan oleh petani dan bahkan kita semua sebagai pelaku dalam bidang pertanian. Bahan alami bioaktif tanaman merupakan bahan yang mudah terurai dialam sehingga jika dimanfaatkan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya residu yang besar. Banyaknya senyawa yang terdapat pada tanaman/ tumbuhan menyebabkan serangga hama sasaran tidak mudah menjadi resisten dibanding insektisida yang mengandungsenyawa tunggal seperti insektisida sintetik. Di Indonesia dengan flora yang sangat beragam tentunya mempunyai cukup banyak tanaman/ tumbuhan yang dapat merupakan sumber bahan yang dapat dimanfaatkan sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman yang berpotensi untuk pengelolaan atau pengendalian OPT.
BalasHapusBerdasarkan bacaan diatas masalah perlindungan tanaman yang terjadi karna beberapa faktor seperti; tanaman, OPT, lingkungan dan manusia menimbulkan upaya untuk mengatasinya.
BalasHapusTantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya. Dari kalimat ini, saya ingin bertanya. Apakah upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut ?
setelah membaca materi tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan suhu akan mendorong jenis-jenis gulma penting di kawasan tropika dataran rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini menyebabkan petani Australia bagian Selatan dan di kawasan tropika dataran tinggi, misalnya, harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.
BalasHapusyang menjadi pertanyaannya adalah apakah propinsi N T T,yang merupakan daerah yang dekat dengan negara australia dapat menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal sebelumnya?
Masalah perlindungan tanaman menjadi masalah serius bagi hampir semua negara. Pelaku perusakan tanaman harus ditindak lanjuti dengan keras, agar tanaman-tanaman tetap terjaga. Selain juga PHT harus ditinjau kembali agar hasil yang akan dituai pun menjadi lebih baik.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMenghadapi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin
BalasHapuskompleks, negara-negara maju kini mulai mengembangkan pendekatan perlindungan
yang lebih proaktif dan lebih merangkul berbagai sektor.
Apakah di negara berkembang seperti Indonesia dapat mengembangkan pendekatan perlindungan
yang lebih proaktif dan lebih merangkul berbagai sektor?
setelah saya membaca isi postingan di atsas dapat saya simpulkan bahwa masalah mengenai perlindungan tanaman merupakan masalah yang hampir dihadapi semua negara .oleh karena itu dalam penyelesaiannya harus adanya kerja sama dalam penemuan gullma atau OPT jenis baru dan saling membagi pendapat mengenai jenis opt atau gulma tersebut hingga pada akhirnya masalah tersebut dapat di atasi atau dapat menemukan jalan keluarnya ,sehingga kedepannya sudah menjadi lebih baik.
BalasHapusBerdasarkan pemaparan diatas perlindungan tanaman semakin berkembang.
BalasHapusPersoalannnya apakah petani kita mampu menerapkan peraturan perlindungan tanaman yang diterapkan oleh pemerintah?
dari postingan di atas bahwa permasalahan perlindungan tanaman belum diatasi dan dilaksanakan sepenuhnya dengan baik.
BalasHapusHal ini karena masih berkurangnya pemahaman para petani, karena lebih mementingkan usha tani bukan memntingkan perlindungan tanaman kedepan
Sesuai dengan postingan di atas,dapat disimpulkan bahwa masalah perlindungan tanaman merupakan masalah yang sudah menjadi tradisi bagi setiap petani di seluruh negara.Akan tetepi persoalan saat ini para petani tradisional belum mampu menerapkan peraturan perlindungan tanaman yang diterapkan oleh pemerintah.
BalasHapusApabila petani mampu menerapkan perlindungan tanaman tersebut maka akan jauh lebih baik dari sebelum nya.
Dari materi di atas yang menjadi masalah bagi para petani terhadap perlindungan tanaman adalah tentang strategi perlindungan tanaman yang belum dimengerti dengan baik oleh para petani serta data mengenai OPT dan kehilangan hasil yang ditimbulkannya yang sulit diperoleh..
BalasHapusjadi dalam hal ini peran pemerintah sangat di butuhkan oleh para petani.
masalah yang terjadi saat ini adalah kuarangnya pengetahuan para petani terhadap pemakaian dosis pestisida. Para petani lebih mementingkan keuntungan dibandingkan kondisi lahan yang diolah ke depan.Jadi pemerintah harus ikut campur untuk mengatasi hal ini, misalnya mengolah gulma (sala satu contoh bunga putih) menjadi pupuk alami karena mengandung banyak protein agar bisa mengurangi penggunaan pestisida secara berlebihan yang dapat merusak konsentrasi atmosfera kedepan.
BalasHapusPerlindungan tanaman sangat penting untuk dipelajari Karena dalam perlindungan tanaman lebih banyak membahas tentang hama dan penyakit pada tanaman oleh karena itu kita harus benar-benar memahami bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit guna meningkatkan produksi hasil tanaman.
BalasHapusdari postingan diatas saya mau menanyakan bagaimana tanggapan pemerintah yang lebih kompleks mengenai hal yang akan menghalangi perlindungan tanaman kedepannya?
BalasHapussetalah saya membaca materi diatas dapat saya simpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani untuk dosis penggunan obat tanaman dimna yang dimaksud adalah obat yang terkait diatas oleh karena demikian maka menurut saya cara mengantisipasi adalah dengan menggerakan instansi terkait dibidang pemerintahan untuk memberi penyuluhan pada petani yang terkait pula.
BalasHapusSetelah membaca materi yang diatas ada beberapa hambatan atau tantangan yang dihadapi dalam perlindungan tanaman adalah menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya,bukan hanya serilia tetapi juga pada jenis tanaman pangan lain sehingga kebutuhan pangan bagi manusia bisa terpenuhi.
BalasHapusdari bacaan diatas, permsalahan perlindungan tanaman sangat mengancam ketahanan pangan dunia dan ksususnya lagi indonesia bagian timur(NTT),permasalahan tersebut sangat berat bagi indonesia apalagi seiring dengan pertumbuhan penduduk di indonesia yang sangat tinggi,ini semua harus di perhatikan oleh petani maupun pemerintah dalam menyelesikan masalah tersebut.jika masalaah tersebut tidak di tanggulangi dengan cepat maka akan beresiko yang sangat besar bagi indonesia(NTT).
BalasHapusDari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa pentingnya menjaga tanaman agar kedepannya tidak punah agar kedepannya tidak punah maka hal yang harus dilakukan saat ini adalah merancang perogram untuk perlindungan tanaman dan programnya perlu dianalisa sehingga tidak bermasalah nantinya...
BalasHapusBerdasarkan paparan materi diatas dapat di ketahui bahwa permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antara 3 komponen dasar(tanaman,OPT dan lingkungan). Sala-satunya adalah manusia seiring dengan perkembangan yang terjadi saat ini faktor manusialah yang diharapkan akan menjadi penyebab permasalahan perlindungan tanaman yang kompleks.
BalasHapusPerlindungan tanaman merupakan suatu usaha dimana dari usaha tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan hasil prodak-prodak pertanian. Sehingga dalam upaya pelaksanaannyapun harus melibatkan berbagai pihak, dalam hal ini pemerintah,petani dan lembaga-lembaga terkait lainnya,karena keberhasilan usaha perlindungan tanaman juga akan berdampak pada peningkatan nilai ekonomi daerah.
berdasarkan postingan diatas,perlindungan tanaman belum di atasi dengan baik,untk itu perlu dilakukan dengan cara yang efektif,kalau tidak dilakukan dengadan efektif maka akan beresiko,dan pertumbuhan penduduk di indonesia sangat tinggi,maka kebutuhan panganpun semakain tinggi
BalasHapusDari hasil postingan diatas dapat disimpulkan bahwa, manusia merupakan faktor paling utama dalam permasalahan perlindungan tanaman dari pada tanaman, OPT dan lingkungan. oleh karena itu, pemerintah perlu menyampaikan informasi yang lebih optimal agar dapat menyadari para petani bagaimana pentingnya perlindungan tanaman dan juga dapat melindungi tanaman secara lebih efektif lagi.
BalasHapusdalam pemapara materi diatas dapat disimpulkan bahwa masalah perlindungan tanaman merupakan suatu masalah yang sangat serius dan tidak dapat di sepelehkan. salah satau faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perlindungan tanaman. oleh karena itu perlu adanya sosialisasi tentang pentingnya perlindungan tanaman.
BalasHapusBerdasarkan materi yang sudah saya bacakan diatas dapat saya ketahui bahwa,perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antara 3 komponen dasar yaitu:tanaman,opt,lingkungan dan manusia.yang ingin saya tanyakan adalah mengapa manusia termasuk faktor penyebab permasalahan bagi perlindungan tanaman.
BalasHapusDari materi yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa masalah perlindungan tanaman yang disebabkan oleh tanaman,OPT dan lingkungan dan juga yang disebabkan oleh manusia belum bisa diatasi .
BalasHapusCara yang dilakukan untuk mengatsai masalah ini seperti pengelolaan tanaman terpadu perlu dilakukan . Juga kesadaran manusia terhadap tanaman juga perlu ditingkatakan .
dari isi materi diatas kita dapat mengetahui bahwa dalam menghadapi permasalahan perlindungan tanaman yang semakin kompleks maka negara' maju kini mengembangkan pendekatan yang proaktif dan merangkul berbagai sektor,untuk melindungi tanaman secara lebih efektif.karena perlindungan tanaman bukan lagi persoalan biologi dan ekologi tetapi tetapi lebih ke persoalan bagaimana petani dapat menerapkan teknologi perlintan yang sudah menjadi menjadi sedemikian canggih sehingga menyulitkan petani untuk menjangkaunya.
BalasHapusMenurut Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB, penduduk dunia tahun 2010 mencapai 6.890.700.000 jiwa, sedangkan menurut sensus penduduk 2010 penduduk Indonesia 237.556.363 jiwa dan penduduk Provinsi NTT 4.679.316 jiwa. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000 jiwa) dan di atas Brazil (190.732.694 jiwa), menyumbang 3,45% terhadap jumlah penduduk dunia. Penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia).
BalasHapusuntuk melakukan suatu pengendalian OPT yang ada pada tanaman, yang pertama kita harus mengtetahui jenis hama apa yang menyerang pada tanaman dan mengetahui gejala ser5angan dan menentukan jenis pestisida yang kaan di gunakan untuk melakukan penyempr5ot5an tanaman yang terserang opt terseb ut
BalasHapusadapun dari permasalahan perlindungan tanaman terjadi karna lingkungan,serangan OPT sertan dimana semua kita yang mempunyai basif dibidan pertanian perlu melakukan suatu upaya yang berkaitan penting dalam bidan pertanian serta dapat meningkatkan hasil yang akan diperole.maka dari rangkaiaan kalimat diatas dapat saya bertanya bagaimana jika semua upaya yang dilakukan selalu berlawan balik degan keadaan lingkungan disekitar apakah upaya tersebut harus tetap dilakukan
BalasHapusperlindungan tanaman di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu: tanaman, OPT,linkungan dan manusia.manusia merupakan faktor yang paling utama dari ke empat faktor di atas.
BalasHapusdari isi materi di atas permasalahan perlindungan tanaman dapat teratasi jika manusia harus mendapatkan informasi dengan cara penyuluhan tentang perlindungan tanaman karena menurut saya permasalahan perlindungan tanaman yang harus di perhatikan adalah faktor manusia
BalasHapusdari isi materi tersebut dapat di ketahui bahwa sebagaimana yang telah diuraikan menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks. Benar bahwa ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perlindungan tanaman juga akan berkembang dan seiring dengan itu berbagai terobosan akan terjadi.
BalasHapusPenduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia).yang menjadi pertanyaan adalah apa pengaruh pertumbuhan penduduk bagi terhadap perlindungan tanaman?
BalasHapusDengan posting diatas pemerintah indonesia bisa sadar akan pentingnya perlindungan tanaman.....
BalasHapusTerima kasih atas postingan atau materi dari bapak yang sangat membantu dan menjadi referensi untuk kami agar semakin tahu tentang ilmu dasar-dasar perlindungan tanaman.
BalasHapusberdasarkan artikel di atas, saya sangat tertarik dan setuju dengan kalimat yang menyatakan seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, faktor lingkungan dan faktor manusia, dan lebih-lebih faktor manusia, akan menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks. Menurut saya
Faktor utama dalam hal ini adalah manusia. Manusia harus sadar akan pentingnya ia dalam melindungi tanaman bagi kelangsungan hidupnya kini dan masa mendatang.
BalasHapusberdasarkan materi diatas dapaty saya simpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antara beberapa komponen yaitu tanaman, OPT, lingkungan dan manusia. manusia berada diatas ketiga komponen lainnya.
BalasHapustantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya bukan hanya pada serealia tetapi juga pada jenis-jenis pangan lainnya, sehingga kebutuhan bangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat terpenuhi.
BalasHapusMasalah perlindungan tanamn merupakan masalah yang perlu diperhatikan dan perlu diselesaikan . Dalam mengatasi masalah ini kerja sama antar pemerintah dan masyarakat perlu dilakukan .
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusperlidungan tanaman harus melibatkan seluruh manusia agar proses ini berjalan dengan baik
BalasHapusSesuai dengan postingan di atas,dapat disimpulkan bahwa masalah perlindungan tanaman merupakan masalah yang di anggap serius.
BalasHapusoleh karena itu harus adaupaya dalam mengatasi masalah perlindungan tanaman
sesuai dengan materi bapak diatas, mengenai kalimat berikt " pemerintah mereka yang lebih mementingkan akuntabilitas dan pelayanan publik daripada pemerintah di negara-negara sedang berkembang. Untuk mengantisipasi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin kompleks ke depan tersebut maka perlindungan tanaman di Indonesia perlu berkembang tidak secara linier melainkan lintas disiplin. Selain itu, para pakar perlindungan tanaman perlu membangun lobi kepada pemerintah adar pemerintah dapat mewujudkan akuntabilitas dan pelayanan publik melalui pengembangan strategi perlindungan tanaman untuk mengantisipasi permasalahan ke depan yang menjadi semakin kompleks." menurut saya, para pakar tidak harus membangun lobi dengan pemerintah, biarpun para pakar lebih memahami tentang pertanian, akan tetapi pemerintah mengetahui apa yang menjadi tugas dan kewajibannya. akan tetapi jika pemerintah tidak bisa mengatasinya, barulah pemerintah dan para pakar bekerja sama dalam program perlindungan tanaman.
BalasHapusBerdasarkan materi di atas maka dapat di simpulkan bahwa permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Faktor ke empat yaitu manusia. seiring dengan perkembangan yang terjadi, faktor lingkungan dan manusia terlebih manusia akan menjadi faktor yang menyebabkan permaslahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks. Tantangan perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada tanaman pangan lainnya. kurangnya pengetahuan masyarakat akan perlindungan tanaman maka pemerintah harus mensosialisasikannya kepada masyarakat agar masyarakat pahan betul dengan perlindungan tanaman.
BalasHapusterimakasih
Berdasarkan materi yang telah sajikan diatas, saya mengambil kesimpulan bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya.
BalasHapusDari materi diatas yang saya baca dapat disimpulkan bahwa :
BalasHapusPermasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, lingkungan dan khususnya manusia.
Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya, sehingga kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat terpenuhi. Tantangan ini menjadi lebih berat bagi Indonesia, bukan hanya karena laju peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman
Proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi.Tantangan sebagaimana yang telah diuraikan menunjukkan dengan jelas bahwa permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Ketahanan hayati sebenarnya merupakan upaya perlindungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma.
Dari ketiga langkah analisis risiko ketahanan hayati, semuanya memerlukan bukan hanya tindakan teknis. Penilaian risiko merupakan proses untuk mengidentifikasi bahaya, mengkarakterisasi dampak buruk yang ditimbulkannya terhadap kesehatan, mengevaluasi taraf paparan penduduk atau populasi hewan/tumbuhan terhadap bahaya tersebut, dan mengestimasi besarnya risiko yang ditimbulkan Pendekatan secara lintas bidang ilmu tersebut diperlukan karena yang menjadi fokus ketahanan hayati adalah perlindungan kehidupan yang jelas diwarnai dengan pernak pernik persoalan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Pertayaan :
1.Perubahan iklim mempengaruhi pertumbuhan gulma, hama dan patogen . Apa yang petani harus lakukan apabila ada hama,gulma dan patogen yang belum pernah ada muncul pada saat perubahan iklim ?
2.Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk malakukan kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas sebagaimana yang telah dimiliki oleh negara-negara maju ?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPertama-tama, saya mengucapkan terima kasih karena telah mendapatkan informasi berharga tentang materi di atas.
BalasHapusKedua, sejauh saya memahami, peran ekologis bukan merupakan faktor utama yang sulit untuk dikendalikan. Manusia sebagai pelaku utama telah memaksakan dipenuhinya kebutuhan yang berdampak pada eksploitasi sumber daya. Pemenuhan kebutuhan jangka pendek sepertinya merupakan strategi yang digunakan selama ini. Dan dengan demikian tidak ada keberlanjutan bagi generasi berikutnya.
Ketiga, aktivitas manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan serta merta meningkatkan pula kerja sama antar negara yang menjadi jalur bagi masuknya OPT ke suatu wilayah tertentu. Hal ini terlihat dari berbagai aturan, kebijakan, perubahan internal dan eksternal pemerintahan suatu negara terkait persoalan pertanian OPT tersebut. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa persoalan OPT ini merupakan persoalan yang kompleks adanya. Oleh karena itu, perlu diberdayakannya suatu pengelolaan yang bersifat holistik dan terintegrasi.
Dengan berdasarkan pada tanggapan pribadi saya, dan dikaitkan langkah-langkah pemecahan persoalan pengelolaan, maka apakah ada langkah yang holistik-integrasi dari pihak-pihak terkait dalam upaya mengatasi masalah persoalan hama tersebut?
Terima kasih.
Bismillah,Assalamualaikum Wr Wb
BalasHapusPertama-tama saya ingin mengucapkan syukur alhamdulillah kita masi di beikan kesehatan baik jasmani maupun rohani, tentunya marilah kita mengucapkan puji dan syukur kita terhadap Allah SWT, yang telah memberikan kita segala yang terbaik untuk mahluknya
Salawat serta salam marilah kita menghaturkan kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam ke bodohan menuju alam kecerdasan seperti yang kita rasakan saat ini.
dari pemaparan materi di atas, saya memetik dua inti faktor persoalan yang pertama faktor lingkungan dan faktor manusia.
1. Faktor manusia
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB, penduduk dunia tahun 2010 mencapai 6.890.700.000 jiwa, sedangkan menurut sensus penduduk 2010 penduduk Indonesia 237.556.363 jiwa dan penduduk Provinsi NTT 4.679.316 jiwa. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000 jiwa) dan di atas Brazil (190.732.694 jiwa), menyumbang 3,45% terhadap jumlah penduduk dunia. Penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia).
Jadi, solusi yang dapat saya sumbangkan melalui media ini, antara lain :
A. Seluruh elemen pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga penegak hokum dan lain sebagainya sebaiknya melakukan pertemuan untuk mendiskusikan permasalahan yang sedang menjalar pada dewasa ini. Tujuan pertemuan tersebut bagaimana cara untuk mengurangi OPT di Indonesia yang disebabkan oleh bertambahnya penduduk di dunia terkhusus di Indonesia.
2. Faktor Lingkungan
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer meningkat dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005. Selama 8000 tahun sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi sejak 1759 konsentrasi CO2 meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan tahunan konsentrasi CO2 hasil pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4 ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun selama 1995-2005. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2 dan gas-gas rumah kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ± 0.17 W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diirngi pula dengan perubahan pola presipitasi global.
Berdasarkan data di atas solusi yang dapat saya paparkan adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah Indonesia akan lebih baik jika bekerja sama pada Negara-negara lain di dunia, untuk memudahkan informasi mengenai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Demikian pemaparan yang dapat saya paparkan, lebih dan kurangnnya mohon di maafkan Wabillahi taufik walhidayah
Wassalamualaikum Wr Wb
Kendari, Senin 12 Maret 2018
Isalman