Belalang kembara terdiri atas berbagai jenis, yang ada di NTT adalah Locusta migratoria manilensis. Belalang kembara diberi nama demikian karena kemampuannya mengembara dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Bagaimana belalang kembara bisa menjadi begitu banyak? Video Youtube berikut ini memberikan jawabannya. Silahkan simak baik-baik, sekalian mempraktikkan menjadi mahasiswa globally oriented university.
Selamat Datang
Belajar Perlindungan Tanaman adalah blog baru yang sedang dibuat untuk mendukung mahasiswa Faperta Undana mempelajari mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Pada saat ini blog belum selesai dikerjakan sehingga hanya menyedaiakan fitur layanan secara terbatas. Silahkan kunjungi blog lama untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan yang akan diberikan melalui blog baru ini. Bila Anda adalah mahasiswa peserta mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman semester genap Tahun Ajaran 2018/2019, Anda wajib membaca materi sebelum mengikuti kuliah dan menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan singkat di dalam kotak komentar di bawah setiap tulisan. Baca tanggal tenggat penyampaian komentar di bagian bawah setiap materi kuliah.
Pemberitahuan
Diberitahukan bahwa pada Jumat, 8 Maret 2019, dosen Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D. tidak dapat hadir memberikan kuliah tatap muka karena bertugas ke luar kota. Kuliah dengan materi 2.3. Berbagai Jenis OPT Golongan Gulma, Tumbuhan Parasitik, dan Tumbuhan Invasif akan diberikan oleh dosen Ibu Ethin Namas, SP, MSi. Mahasiswa diminta mengikuti perkuliahan dan menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan mengenai materi kuliah selambat-lambatnya pada Jumat, 15 Maret 2019. Mahasiswa yang tidak menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan melewakti batas waktu tersebut tidak akan memperoleh nilai softskill.
Minggu, 09 Oktober 2011
Jumat, 23 September 2011
Ulat Bulu yang Menghebohkan
Selama beberapa tahun terakhir ini ulat bulu telah menjadi OPT selebritas. Semua koran dan TV memberitakannya. Komentar mengenai ulat bulu dapat diperoleh dari banyak sumber, di antaranya dari blog Fenomane Alam Semesta. Berikut adalah tampang OPT selebritas tersebut.
Berbagai Jenis OPT Telah Mengganggu Tanaman, tetapi Apakah Kita Mengenali Mereka?
Kita telah berusaha meningkatkan produksi pertanian dengan berbagai cara. Kita telah mengolah tanah dan memupuk, kita telah menanam benih unggul, kita telah memberikan pengairan. Tetapi apakah semua ini akan dengan sendirinya membuat produksi meningkat? Bagaimana bila tiba-tiba ada belalang kembara membinasakan semua tanaman? Bagaimana bila tiba-tiba tanaman layu padahal sudah selalu disiram? Atau tanaman tetap tumbuh merana padahal sudah dipupuk? Semua ini bisa terjadi karena organisme hama, penyakit, dan gulma. Dalam perundang-undangan mereka dikenal sebagai organisme pengganggu tumbuhan, disingkat OPT. Berikut adalah wajah dari beberapa di antara mereka. Mudah-mudahan, setelah menyelesaikan matakuliah ini, Anda bisa mengenali mereka dan memahami mengapa mereka dikatakan sebagai penggaggu.
Sabtu, 21 Mei 2011
Ketahanan Hayati dan PHT: Berbeda atau Sama Saja?
Ketika menghadiri 3rd Small Island Biosecurity Workshop pada 19 Mei 2011, sahabat saya dari Unpatti, Dr. Wardis Girsang, menyampaikan kepada saya bahwa di Provinsi Maluku masih banyak pihak yang belum begitu paham mengenai kaitan antara ketahanan hayati (biosecurity) dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Apakah ketahanan hayati dan PHT itu sama atau berbeda? Bila sama di mana samanya dan bila berbeda di mana bedanya? Bagi saya pertanyaan ini bukan hal yang mengagetkan. Ketahanan hayati hayati sebenarnya merupakan konsep yang masih relatif baru. Dan karena merupakan konsep baru maka wajar, bahkan sangat wajar, bila masih banyak pihak belum memahami betul apa itu sebenarnya ketahanan hayati. Karena itu pula, wajar bila banyak pihak belum dapat membedakan ketahanan hayati dengan PHT. Selain itu, definisi berbeda-beda yang diberikan terhadap konsep ketahanan hayati oleh berbagai pakar dan institusi, menambah kerumitan dalam memahami ketahanan hayati dan karena itu, dalam membedakan ketahanan hayati dari PHT.
Kamis, 03 Februari 2011
Kerusakan Tanaman Bukan Hanya karena OPT
Selama ini, setiap terjadi kerusakan tanaman maka yang dituding sebagai penyebabnya selalu OPT, entah itu binatang hama, patogen, atau gulma. Oleh karena itu, mempelajari perlindungan tanaman selalu dilakukan dengan mempelajari biologi OPT. Kurikulum PS/Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan atau Perlindungan Tanaman biasanya dijejali dengan matakuliah-matakuliah berdimensi biologi, katakanlah misalnya entomologi, mikologi, bakteriologi, dan seterusnya. Kemudian, mengatasi permasalahan perlindungan tanaman dipandang dapat dilakukan dengan hanya menggunakan teknologi. Karena itu pula, kurikulum PS/Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan atau Perlindungan Tanaman juga memuat anyak matakuliah berdimensi teknologi.
Berbagai hasil penelitian mutakhir menunjukkan, permasalahan perlindungan tanaman sebenarnya bukan sekedar permasalahan biologi dan teknologi. Upaya untuk mengatasi permasalahan perlindungan tanaman juga tidak cukup dilakukan hanya dengan menggunakan pendekatan biologi dan teknologi. Sebagai contoh adalah permasalahan kemunduran jeruk keprok soe (JKS). Banyak penelitian menunjukkan kemunduran JKS tersebut disebabkan oleh penyakit CVPD yang di dunia internasional sekarang dikenal dengan nama huanglongbing (HLB). Akan tetapi, pemerintah bersikukuh bahwa CVPD bukan penyebab kemunduran tersebut, melainkan penyakit diplodia. Penyakit diplodia memang ada, tetapi dengan begitu bukan berarti penyakit CVPD tidak ada.
Berbagai hasil penelitian mutakhir menunjukkan, permasalahan perlindungan tanaman sebenarnya bukan sekedar permasalahan biologi dan teknologi. Upaya untuk mengatasi permasalahan perlindungan tanaman juga tidak cukup dilakukan hanya dengan menggunakan pendekatan biologi dan teknologi. Sebagai contoh adalah permasalahan kemunduran jeruk keprok soe (JKS). Banyak penelitian menunjukkan kemunduran JKS tersebut disebabkan oleh penyakit CVPD yang di dunia internasional sekarang dikenal dengan nama huanglongbing (HLB). Akan tetapi, pemerintah bersikukuh bahwa CVPD bukan penyebab kemunduran tersebut, melainkan penyakit diplodia. Penyakit diplodia memang ada, tetapi dengan begitu bukan berarti penyakit CVPD tidak ada.